Musics


MusicPlaylistRingtones
Create a playlist at MixPod.com


Oleh Vivi Silvia C.


Arigatou Nippon



Preparing for the Trip


Udara kota Bandung yang lagi panas-panasnya membuat keringat Happy mengalir deras. Mahasiswi Fikom Unpad itu sedang menyiapkan barang-barang yang akan dibawanya liburan ke Jepang. Lumayan banyak juga yang akan dia bawa, ada satu koper, satu traveling bag, satu tas kecil untuk berbagai dokumen, dan satu tas berisi laptop. Cukup merepotkan juga memasukkan barang-barang yang akan dibawanya ke dalam kopernya. Akhirnya cewek bertubuh langsing itu mengeluarkan beberapa barang untuk melonggarkan isi koper. Namun tiba-tiba terdengar suara mengeong dari dalam kopernya. Happy membuka tutup kopernya. Ternyata ada satu anak kucing yang iseng masuk dan terperangkap di dalam kopernya. Dengan rasa kesal sekaligus kasihan, dia mengambil anak kucing itu di lantai. Tapi… Bau apa nih? Kok pesing? Dan… Lho kok baju di dalam koper basah? Kucing sialaaaannn!!!. Ternyata kucing itu pipis di atas baju dan sepatunya yang telah tersusun rapi di dalam koper.
***
Radit tersenyum senang melihat sepatu kesayangannya bersih sekali. Ibunya yang sedang duduk sambil menyisiri adik Radit pun turut berkomentar mengenai sepatu Radit itu. Sedangkan Nes, adik Radit yang baru duduk di bangku SD kelas satu ini memang lagi seneng banget ngulangin kata-kata orang, jadi dari tadi dia mengulang-ngulang kata-kata Radit dan ibunya.
Remaja itu meringis dan masuk ke kamarnya setelah banyak dinasehati banyak oleh ibunya. Di atas tempat tidur bertebaran baju-baju, pakaian dalam, topi, jaket, kaos kaki, CD. Lagi sibuk-sibuknya memilah-milah lagi barang-barang yang tidak jadi dibawanya besok, Nes, adiknya kembali datang mengganggunya. Radit langsung sewot dan Nes pun segera menyusul kucingnya yang sudah keluar duluan dari kamar Radit. Radit meloncat ke arah pintu dan menutupnya. Besok, dia bakal pergi ke luar negeri untuk pertama kalinya.
***
Dengan santainya, Akbar terus membuka halaman komiknya. Melihat adiknya yang dari tadi hanya bersantai-santai saja, Sezsy segera menegurnya. Melihat adiknya itu hanya malas-malasan, Sezsy hanya bisa mengomel dan mengancamnya tidak jadi ikut liburan besok. Mendengar celotehan kakaknya yang setengah membentak itu, cowok yang statusnya masih pelajar kelas 2 SMA ini pun gak mau kalah. Dia berkelit dengan alasan ingin malas-malasan sebentar di hari pertama liburan kenaikan kelasnya. Ibu mereka yang tiba-tiba muncul pun ikutan nimbrung menasehati Akbar. Setelah merasa kalah dalam perdebatan satu lawan dua ini, Akbar pun sudah tidak dapat mengelak lagi. Dia harus menuruti apa yang dikatakan ibu dan kakaknya. Tak lama kemudian, Akbar menerima telepon dari Radit, sepupunya.
***
Reza Natadikara, artis yang sedang naik daun ini tampak sibuk dengan berbagai pertanyaan para wartawan. Cahaya blitz dari kamera-kamera mereka juga terus menyinari wajahnya. Dia memang sekarang sedang berada di tengah-tengah jumpa pers bersama dengan Duta Indah Tours and Travel yang sudah mengontraknya untuk menjadi salah satu artis yang ikut rombongan ke Jepang. Ketika pertama ditawari, Reza tentu tidak berpikir panjang, liburan gratis dan kebetulan pula Jepang tuh negara yang belum pernah dia kunjungi. Hanya satu kekurangannya, dia gak begitu suka dengan aktris yang jadi bintang lain di tur ini, Bella Mandasari. Reza sepertinya sudah mengetahui sifat jelek dari Bella. Pernah beberapa tahun lalu, Reza terlibat kegiatan amal dengan cewek berambut sebahu itu.
***
Malam itu Dudi banyak diberi masukan oleh Pak Yusuf, pria pemilik Duta Indah Tours and Travel yang masih berusia 35 tahun itu. Sudah tujuh kali Dudi memandu rombongan tur ke Jepang. Cuma saja pemilik tur travel ini senang mengulang-ulang info yang dianggapnya penting.
Pak Yusuf tiba-tiba menyodorkan dua amplop ke depan dadanya. Amplop yang coklat isinya uang yen dan rupiah untuk kebutuhan para peserta tur dan dia sendiri. Sedangkan isi amplop putih adalah daftar titipan barang dari istri Pak Yusuf yang kebetulan tidak bisa ikut tur kali ini.
***
Suara centil terdengar di seberang telepon Suri. Yup, memang banyak banget daftar titipan dari teman-temannya. Termasuk teman yang sedang menelponnya ini. Cewek berambut sebahu itu melepaskan ikatan rambutnya. Besok, sebelum ke bandara, Suri berniat mampir dulu ke Plaza Senayan buat beli kamus Indonesia-Jepang untuk membantu liburannya kali ini.
***
Suara handphone mengganggu konsentrasi Bella saat menyetir. Itu telpon dari Abu, cowok yang beberapa bulan ini lagi PDKT sama dia. Abu bermaksud nawarin diri buat nganterin Bella ke bandara besok jam 6 sore. Pesawatnya sih berangkat jam 10, tapi rombongan mesti kumpul di bandara jam 8, takut macet.
Tapi berhubung besok ortu Bella mau nganterin dia ke bandara juga, jadi Bella minta mereka ikutan di mobil Abu aja, sekalian nanti mereka pulangnya dianterin Abu. Abu sih mau-mau aja. Asalkan bawaan Bella gak terlalu banyak dan mereka mau desek-desekan dikit, semuanya bisa diatur.
***
Dompet Diana langsung menggemuk dan sulit dikancingkan setelah dia memasukkan beberapa lembar uang yen ke dalamnya. Dimasukkannya dompet itu ke dalam sebuah tas hitam dari kulit serta dimasukkan pula sebuah kalkulator dan buku notes kecil.
Pintu dibuka oleh seorang ibu separuh baya yang tak lain adalah ibu dari Diana. Ibu itu menyerahkan sebuah amplop berisi uang untuk anaknya yang akan liburan ke Jepang itu. Tak hanya anaknya saja yang diberinya uang saku, Indri juga menerima uang dari ibunya Diana dengan malu-malu tapi hatinya senang.
Perjalanan ke Jepang bareng sahabatnya ini memang menguras banyak tabungannya. Tapi sejak SMP di Bandung, mereka bertekad suatu saat nanti akan jalan-jalan ke luar negeri bareng. Dan terwujud saat ini, saat Indri sudah bekerja dan Diana kuliah S2.
Indri memutuskan untuk pulang sekarang supaya banyak waktu istirahat. Dia lalu memeluk sahabatnya dengan sayang. Tak lupa Indri mencium tangan kedua orangtua Diana.
***
Alhamdulillah… Batin Ibam. Akhirnya terwujud juga bisa berangkat ke negara yang bahasanya selalu dipelajarinya di kampus. Cowok cungkring berkacamata ini melihat daftar barang khas Jepang yang harus diburunya.
Sayang, dari daftar tempat yang akan dikunjungi, tidak ada kunjungan ke perguruan tinggi. Memang sih, buat peserta tur lainnya pasti tidak menarik, tapi buat Ibam, itu hal yang pasti sangat menyenangkan. Ah, pasti aku bakal mencari beberapa mahasiswa di sana. Diajak kenalan dan kemudian jadi teman surat-suratan, tekadnya bulat sambil menggenggam tinju kanannya dengan kuat.
***
Andre benar-benar menikmati game yang sedang dimainkannya. Terlebih saat suara berisik menggema dan tulisan ‘WIN’ besar menyala-nyala di layar tv. Dengan menghembuskan nafas yang keras, Andre berdiri dan merenggangkan otot-ototnya.
Diliriknya jam di atas meja belajarnya. Jarum pendeknya berada di antara angka 11 dan 12. Wuaaahh… Pantas tubuhnya capek sekali. Lalu dimatikannya tv dan playstationnya. Dengan langkah terseret-seret dia menuju ke kamar mandi.
Sambil mencuci wajah tampannya di wastafel, Andre berpikir kalo dia bakal memborong berbagai game seru dan konsol terbaru di Jepang. Dipandangnya tubuh berototnya dengan puas. Mukanya tidak lagi terasa tebal setelah mencuci muka. Setelah tubuhnya dikeringkan, Andre membaringkan diri di atas tempat tidur. Dalam hitungan detik, dia sudah tidak ingat apa-apa lagi.
***
Fly by Wire

Bandara terlihat sepi ketika Akbar tiba di terminal keberangkatan. Daripada mbengong, akhirnya Sezsy berniat membeli makanan di McDonald’s atas perintah ibunya.
Dudi datang menghampiri mereka saat ibu baru saja menasihati Akbar dan Radit. Cowok berbadan putih dan berbadan sedikit gempal dan babyface itu memperkenalkan diri. Mereka semua bersalaman dengan Dudi, yang langsung membuka tas selempangnya. Dikeluarkannya paspor dan surat-surat lainnya. Tiga paket dokumen untuk Sezsy, Radit, dan Akbar sudah berpindah tangan. Topi, stiker, dan jaket juga turut diserahkan.
***
Mulut Bella merengut. Dia kesal sekali pada Abu. Cowok ini mengantarkan Bella ke bandara dengan Honda Streamnya, bukan dengan Toyota Alphard kerennya. Abu juga membawa adiknya, sehingga adik Bella tidak jadi ikut.
Dudi langsung tergopoh-gopoh menghampiri Bella dan Abu ketika mereka sampai di bandara. Dudi memberi mereka masing-masing paket dari tur travel. Bella tidak percaya, ternyata Abu juga ikut dalam rombongan ke Jepang ini! Begitu tau Bella ikut, ya udah Abu juga langsung daftar.
***
Dudi mengancingkan kopernya setelah selesai diperiksa petugas. Dipastikan lagi bungkusan oleh-oleh buat Ayano tidak kusut di dalamnya. Uh… Ayano yang manis, Ayano yang lucu… Kita bisa ketemu lagi, batin Dudi.
Sempat terjadi beberapa kericuhan saat di pemeriksaan bawaan. Ada bedak tabur milik peserta yang dicurigai oleh petugas. Setelah diteliti, benda itu memang murni bedak tabur. Namun setelah masalah itu selesai, justru ada perserta lain yang tasnya ketinggalan pada waktu terjadi keributan bedak tabur itu. Dudi terpaksa keluar dari pesawat dan mengantar peserta itu mencari tas. Setelah ketemu, setengah berlari mereka kembali ke pesawat karena takut terlambat dan diomelin kru pesawat.
Pesawat sudah take off dengan sukses. Sekarang ini banyak pramugari berseliweran untuk melayani penumpang. Dan tak diduga, salah satu dari pramugari-pramugari tersebut merupakan teman lama Diana, Saski namanya. Mereka sempat ngobrol-ngobrol sebentar sebelum akhirnya Saski harus melanjutkan tugasnya.
***
Happy mulai merasa penerbangan kali ini cukup menyebalkan. Dia duduk bersebelahan dengan orang India yang super bawel. Mukanya sih lumayan ganteng, tapi dia gak bisa ngebiarin ada pramugari lewat begitu aja. Si India itu doyan banget menyuruh pramugari mengambil ini itu.
Kalo gak tidur, si India itu akan mengajak ngobrol dia panjang lebar seperti saat makan tadi. Sebenarnya Happy tidak keberatan, tetapi lama-lama si India yang aslinya bernama Rajuu itu selalu menanyakan pertanyaan yang gak penting dengan bahasa Inggrisnya yang payah. Karena sudah tidak tahan dengannya, Happy pun memutuskan untuk pindah tempat duduk di samping Dudi yang kebetulan kosong.
Pagi-pagi buta, sebagian besar penumpang sudah bangun. Termasuk Diana dan Indri yang tampak asyik ngobrol dengan teman pramugarinya, Saski. Dia menyerahkan kartu remi yang langsung mereka terima dengan riang. Sementara itu, Indri malah memuji sarapannya tadi, katanya ommelette yang tadi jadi sarapannya enak sekali, gendut, kuning.
***
Hotel da Mellow

Perjalanan yang melelahkan dan cukup membuat pantat panas setelah delapan jam perjalanan. Untungnya bus yang mereka tumpangi nyaman sekali. Di depan kursi paling depan kiri, terdapat kotak lemari es pendek berpintu geser dari kaca di bagian atasnya yang berisi beberapa tumpuk roti yang terbungkus plastik.
Ayano Nejishima, itulah nama pemandu yang menyambut mereka di bandara Kansai. Tubuhnya langsing, tinggi dan matanya besar untuk ukuran orang Jepang. Wajahnya sepintas mirip Ayumi Hamasaki, penyanyi Jepang yang sedang naik daun.
Di dalam bus, Dudi dan Ayano memberikan banyak warning. Diantaranya tentang makanan Jepang yang banyak mengandung babi. Untuk itu Dudi dan Ayano banyak mengajari mereka bagaimana membeli makanan non babi dengan bahasa Jepang yang baik, seperti buta niku marukiri (apapun, selain daging babi) atau buta niku dame (gak boleh daging babi).
Sezsy kembali memperingatkan apa yang sudah dikatakan oleh tour guidenya itu kepada dua ABG yang jadi tanggung jawabnya. Tapi, Radit itu memang jago bahasa Jepang. Dia tau, kalo mau ayam bilang aja chikin atau tori, kalau ikan bilang sakana, telur tamago. Nah kalo mau tanya harganya bilang ikura desu ka?. Mendengar sepupunya itu berceloteh dengan bahasa Jepang, Akbar jadi sebel.
***
Ini udah ketujuh kalinya Justin, anggota rombongan yang umurnya baru 8 tahun itu menanyakan apa enaknya jadi artis pada Reza. Reza dan Ibam yang duduk bersebelahan itupun tak bisa menahan gelak tawanya melihat bocah yang berwajah bandel dengan sorot mata cerdas itu terus menanyakan pertanyaan yang sama.
Terlihat Dudi menyodorkan mic ke arah Reza. Sambil mikir mau nyanyi apa, Reza meraih mic itu. Nyanyian Reza membuat pikiran Suri terganggu. Suri bingung, mau ngeliat jalanan negeri Sakura yang indah ini atau ngeliat wajah ganteng artis di depannya ini nyanyi. Akhirnya Suri sibuk ngeliyatin jalanan. Semua yang tampak diluar jendela terlihat rapi dan bersih. Sesekali terlihat tumbuhan bunga lili putih berserakan di pinggir jalan.
Dalam hatinya berkomentar, di Jakarta aja, bunga lili 7.500 sampe 10.000 perak sekuntum. Disini dibiarin begitu aja tumbuh dipinggir jalan. Tak hanya bunga-bunga lili putih indah yang membuat Suri terpana, hamparan kebun teh yang disusun rapi juga membuat Suri kagum.
Dari sejam lalu Suri gak abis-abisnya kagum. Tadi Runi, peserta cewek yang duduk disebelahnya juga sempet cerita kalau bandara Kansai International itu terletak di sebuah pulau buatan yang berada di tengah lautan!
Bus berhenti di pengisian bensin. Sambil menunggu, Dudi dan Ayano tampak sibuk membagi-bagikan makanan, unagi-pie yang menjadi makanan khas kota Hamamatsu, kota asal Ayano. Suri ngeri juga setelah tau kalo pie itu terbuat dari belut. Tapi setelah dicicipi rasanya ternyata enak juga. Sambil cengengesan, Dudi berlalu. Mungkin menghindar kuenya habis oleh Suri yang kini menggenggam 5 biskuit itu.
***
Sambil menunggu waktu check in, rombongan memutuskan untuk makan siang dulu di restoran yang letaknya tidak jauh dari Rich Hotel, hotel tempat mereka akan menginap. Setiap rombongan juga dibagikan alamat hotel, supaya berjaga-jaga jika suatu waktu tersesat. Andre membacanya dalam hati, Hotel Rich Kyoto, Kawaramachi Gojo Agaru, Shimogyo-ku, Kyoto. Terus sampai ada nomor telponnya segala, (075) 341-1131.
Tak lama berjalan kaki, sampai juga mereka di restoran yang letaknya memojok itu. Pintu restoran ditutup dengan selembar kain tebal dan kasar yang tengahnya dibagi dua tanpa terputus serta bertuliskan kanji. Itu namanya noren, tirai yang umum dipasang di pintu. Bagian dalam restoran itu tertutup tatami (lantai yang terbuat dari rerumputan gandum yang dikeringkan).
Hampir sama dengan sebagian besar anggota rombongan lain, Andre memesan makanan yang dikenal saja. Dipilihnya tempura dan gohan (nasi). Tak lama, pelayan mulai membagi-bagikan pesanan. Sayang, pengennya sih tempura udang aja, tapi yang keluar bermacam-macam. Ditengah makan siangnya, Andre tertarik dengan makanan berwarna hijau pucat. Setelah dia cicipi… Ada rasa menyengat yang langsung menyergap mulutnya! Ternyata yang dia makan itu wasabi, yah bisa dibilang ini yang namanya sambalnya orang Jepang. Dudi yang melihatnyapun terkikik, sedangkan Ayano segera meminta air putih kepada pelayan.
***
Shopping? Are You Kidding?

Rombongan sampai di salah satu pusat perbelanjaan yang letaknya hanya 15 menit dari hotel menggunakan bus. Bangunannya terdiri dari 6 lantai. Lantai 1 terdapat barang-barang kerajinan besar seperti keramik, anyaman, dan sebagainya. Lantai 2 pernak-pernik kecil seperti hiasan meja, kokeshi (boneka kayu), sandal, dan sebagainya. Lantai 3 pakaian-pakaian, seperti kaos suvenir, kimono, yukata, dan lain-lain. Lantai 4 mutiara, karena Jepang terkenal juga sebagai salah satu produsen mutiara. Lantai 5 berbagai macam benda keperluan kuil beserta suvenirnya. Lantai 6 tempat makan dan penjualan berbagai snack Jepang.
Sekarang Abu sedang berada di lantai 3. Tapi, Abu ingin sekali ke lantai paling atas, dia ingin makan. Bella yang dari tadi memilih-milih, terlihat membawa obi (ikat pinggang untuk kimono) ke kasir. Abu mengikutinya dari belakang.
***
Happy memandang benda-benda dalam rak dengan pandangan kepingin. Tapi dia ingat, perjalanannya masih panjang. Dia harus berhemat. Sejauh ini dia hanya belanja beberapa pernak-pernik Jepang seharga masing-masing 300 ¥. Happy terlihat semakin ngiler melihat lonceng lucu yang dibeli oleh Ibam. Akhirnya Ibam dengan senang hati mau menemani Happy ke toko yang menjual lonceng itu yang berada dua lantai dari tempat mereka berada sekarang.
***
Radit dari tadi mengeluh lapar. Sementara itu tubuh Akbar terlihat bergerak-gerak tak jelas sampai kadang-kadang menabrak tubuh Sezsy dan membuatnya kesal. Ternyata Akbar pengen pipis. Dengan semangat Radit menawarkan diri untuk menemani sepupunya itu ke WC.
Karena Radit jago bahasa Jepang, jadi dia tahu harus ngomong apa ke penjaga toko untuk tanya di mana Wcnya. Akbar mengikuti Radit menuju toilet. Biasanya Akbar sebel banget kalo denger Radit ngomong bahasa Jepang. Pamer gitu. Tapi kali ini dia nurut saja karena ternyata urusan WC itu penting.
Setelah Sezsy menyudahi belanjanya dan Akbar serta Radit juga sudah keluar dari WC, mereka segera naik lift ke lantai tempat makan. Akbar melihat makanan di atas piringnya. Bentuknya mirip roti goreng yang di atasnya ada topping mirip pizza. Dudi bilang itu katsuo bushi. Ikan bonito kering kayak pindang tongkol terus ikannya diparut. Rasanya enak loh.
***
The First Night

Sudah diaduk-aduk beberapa kali, Suri tetap tidak menemukan apa yang dia cari dalam traveling bag itu. Ayano juga mencoba mencarikan benda yang dicari-cari Suri. Tapi sepertinya gak perlu. Suri emang ninggalin kameranya itu di rumah. Ayano sempat meyarankan Suri untuk membeli kamera sekali pakai, selain canggih juga murah.
Suri menyebutkan nama lengkapnya, Suri Pricilia. Tadi Ayano yang menanyakannya. Dia bilang kalo Suri enaknya dipanggil Purishira aja. Tapi bagi Suri yang punya telinga Indonesia nama Purishira sepertinya kurang enak didenger. Kenapa Ayano pengen Suri dipanggil Purishira? Hehehe, sebenernya Suri itu dalam bahasa Jepang artinya pencopet. Jadi bayangkan saja kalo rombongan menyebut-nyebut nama Suri di jalan, pasti akan timbul salah paham. Tapi akhirnya mereka sepakat dengan nama panggilan baru untuk Suri, yaitu Riri.
***
Ayano dan Riri jadi pergi membeli kamera sekali pakai. Ketika mereka akan berangkat, ternyata di lobi para anggota lain lagi pada foto-foto. Ayano dan Riri sempat ikut-ikutan. Setelah itu, mereka segera menuju toko 7 Eleven yang letaknya hanya tiga blok dari hotel. Rizki, Sezsy, Akbar, Radit, dan tiga dokter muda juga ikut.
Setelah menanyakan letak penjualan kamera, Ayano memimpin rombongan kecil itu. Harga kameranya cukup murah, cuma beda beberapa ratus yen dibanding harga film. Karena Riri-lah yang paling membutuhkan, yang lain tidak jadi beli.
***
Kali ini rombongan menuju ke sebuah restoran. Sekeluarnya dari lift, terlihat pemandangan yang sangat unik. Meja dan kursinya berbentuk hewan-hewan laut. Ada meja kepiting, cumi-cumi, dan kursi-kursi berbentuk cangkang kerang. Tetapi meskipun bernuansa laut, Dudi menjelaskan bahwa restoran ini bukan khusus seafood.
Sejam kemudian, setiap orang terlihat berhenti memasak atau memakan sesuatu. Kemudian para pegawai restoran membagi-bagikan puding dan buah. Potongan kiwi, sakuranbo (ceri), apel, peach, dan stoberi berukuran besar ditempatkan dalam satu piring.
Diana mengambil sendokan terakhir pudingnya dan meneguk minumannya. Ocha (teh hijau) itu rasanya pahit dan sedikit anyir untuk lidahnya. Namun dia ingat, konon salah satu yang membuat orang Jepang tetap langsing dan panjang umur adalah teh ini.
Saat berjalan menuju wastafel, Diana sempat mencuri lihat ke arah Dudi yang sedang membayar di kasir. Dia sempat melihat bonnya. Wow, 4000 ¥ satu orang! Diana menghitung-hitung di luar kepala. Hua… Sepertinya ini makan malam termahal yang pernah Diana alami.
***
Dari Kuil ke Kuil

Wajah Sezsy merah karena kepanasan dan sedikit gak nyaman dengan suasana kuil yang bener-bener berasa aura mistisnya. Sezsy melihat patung-patung rubah yang tersebar dimana-mana. Kuil Fushimi Inari.
Suasana mistis kuil ini makin berasa saat rombongan melewati gapura merah yang disebut Torii berderet-deret berdekatan dan jumlahnya banyaaaak sekali, jadinya seperti terowongan. Ayano dengan logatnya yang lucu menerangkan tempat berikutnya yang dikunjungi rombongan. Sanjusangendo adalah kuil yang berbentuk panjang dan sempit. Ini adalah bangunan kayu terpanjang di dunia. Panjangnya sekitar 125 m. Nama kuil ini diambil dari kata 33 atau san ju san. Gendo adalah ceruk di antara pilar. Nanti di dalam kita melihat patung-patung dewa dan Amaterasu O Mi Kami. Tapi sayangnya di dalam tidak boleh memotret.
Di dalam suasananya remang-remang. Kagum juga Rian melihat bangunan kayu yang dibangun tahun 1164 masih kokoh berdiri. Selain itu tadi Ayano juga mengatakan bahwa jumlah patung-patung di ruangan itu berjumlah 1001 buah.
Di paling atas jajaran patung itu ada satu patung yang berdiri sendiri, paling atas dan paling anggun. Itulah Amaterasu, dewi dari segala dewa di agama Shinto. Ayano terlihat menepuk-nepukkan tangannya dan menangkupkan kedua telapak tangannya di depan wajah lalu berdoa.
***
Ayano memandu mereka ke arah sebuah tempat makan yang enak sekali. Sebenarnya setiap anggota bisa memesan makanan apapun yang mereka mau, tapi Ayano menyarankan memesan yakitori yang jadi andalan restoran ini. Akhirnya mereka semua memesan itu.
Yang datang ternyata kayak sate. Cuma isinya macem-macem, ada sayap ayam, daging, tulang rawan, cabe hijau, paprika, hati, telur ayam setengah jadi, dan lain-lain.
Di saat rombongan hendak menuju ke bus untuk segera melanjutkan perjalanan, ternyata Fajar dan Rizki pamit sebentar ke WC. Sempat bingung juga mereka berdua ketika sampai di dalam WC. Tapi akhirnya mereka selesai dan segera menuju kembali ke dalam bus. Tapi mereka melihat beberapa rombongan orang memakai pakaian tradisional Jepang. Dengan bahasa tarzan, Fajar dan Rizki meminta difoto bareng mereka. Kimono-kimono yang mereka pakai cantik sekali.
***
Saat ini mereka sudah sampai di kuil Heian. Sebuah kuil berwarna cerah. Dinding dan tiangnya dicat merah cerah dan atapnya hijau. Di sekelilingnya terdapat taman yang luas. Shrine Garden ini kabarnya 30 ribu m2.
Seorang cowok berumur 20-an bertanya ke rombongan Radit, Akbar, Rizki, Ferari, Fajar, dan Sandy. Ferari yang gak ngerti sama sekali sama bahasa Jepang Cuma tertawa geli mendengar pertanyaan cowok itu. Fajar dengan cepat pun nerangin dengan bahasa Inggris kalo mereka gak bisa bahasa Jepang. Tapi karena di situ ada Radit yang jago bahasa Jepang, akhirnya dia jadi penerjemah buat temen-temennya. Cukup lama juga mereka ngobrol. Sambil berjalan berbarengan mereka memotret capung-capung yang berterbangan di taman itu. Cowok-cowok Jepang itu bahkan mengajarkan mereka nyanyian Jepang tentang capung.
***
Sambil menepis capung yang terbang di dekat hidungnya, Dudi menghitung sekali lagi anggotanya. Kurang sebelas orang. Taman yang luas membuat rombongannya terpecah-pecah. Dudi melirik arlojinya, dua puluh menit lagi kuil akan tutup. Ayano terlihat mengipas-ngipas tubuhnya dengan buku tulis yang dia bawa. Dudi memandangnya sayang. Dudi membuka obrolan dengan mengatakan kalo dia lupa bawa pesanan oleh-olehnya Ayano, bordiran Tasik.
Ayano mengangguk malu-malu. Tangannya memukul lembut lengan Dudi. Dudi ingin sekali memeluk Ayano. Sejak bertemu 3 tahun lalu sebagai pemandu tur, benih cinta tumbuh di antara mereka. Namun di depan peserta tur, mereka harus menunjukkan keprofesionalannya. Tahun lalu, Ayano datang ke Indonesia dan menginap di rumah Dudi. Seluruh keluarga Dudi langsung ikut jatuh cinta sama cewek Jepang ini. Ayano juga sudah merasa nyaman dengan keluarga Dudi.
***
Nightmare di Puri Nijo

Saat ini napas Andre masih terengah-engah karena naik tangga yang cukup tinggi untuk mencapai kuil ini. Dia tersenyum melihat cewek-cewek dalam rombongan. Di kampusnya, Andre terkenal sebagai penakluk cewek. Tapi entah kenapa, di sini Andre seperti kehilangan pesona. Andre menghampiri sebuah etalase yang ada di dekat pintu masuk. Isinya berbagai suvenir kuil yang sedang mereka kunjungi ini, Kuil Ryoan-Ji.
Ayano menerangkan kepada rombongan tentang taman batu bergaya kare-sansui atau taman kering. Taman ini terkenal di seluruh dunia sebagai ekspresi aliran Zen. Anda bisa melihat di dalam taman ini ada 15 batu besar yang diletakkan di tengah-tengah kerikil kecil ini.Taman ini luasnya 25x10m.
Andre iseng menghitung gundukan batu yang menurut Ayano ada 15 buah. Tapi hasilnya 14. Andre heran, lalu mencoba menghitung lagi. Kali ini hasilnya 12. Melihat Andre sibuk menghitung, Dudi menghampirinya kemudian menjelaskan kalo jumlah batu itu akan berbeda-beda jika dihitung dari sudut yang berbeda.
***
Mereka sekarang akan berangkat ke Kinkaju-Ji. Ini adalah kuil yang sangat istimewa. Namanya saja berarti Kuil Paviliun Emas. Kuil ini didirikan oleh Shogun Muromachi pada tahun 1397. Bus menurunkan mereka di depan sebuah gerbang pintu masuk yang dihubungkan dengan jembatan. Sambil menunggu Dudi dan Ayano mengurus tiket, rombongan sudah bisa masuk ke atas jembatan.
Rombongan bergerak memasuki gerbang. Kali ini yang mereka masuki bukan kuil, tapi Nijo Castle alias Puri Nijo. Ini adalah tempat tinggal shogun saat pemerintahan Jepang pindah dari Tokyo ke Kyoto. Bangunan ini dibangun tahun 1603 oleh Shogun Tokugawa Ieyasu dan ditinggali sampai shogun terakhir, Tokugawa Yoshinobu ngebalikin kekuasaan ke kaisar.
Bagian dalam bangunan ini semuanya dari kayu. Di setiap ruangan, dindingnya berfungsi seperti pintu geser yang dibentuk jadi dinding. Pintu-pintu itu dilapisi kertas dan lapisan berhiaskan gambar-gambar khas Jepang yang cantik. Lantainya terdiri dari papan-papan kayu yang disusun rapi dan mengilat.
Di sana semuanya bisa mendengar suara mendecit-decit seperti burung saat melangkah. Bukan berarti lantainya rusak, tapi memang sengaja dibuat seperti itu. Bunyi derit ini menyenangkan seperti suara burung yang bercicit riang. Selain itu, bunyi itu akan membuat orang siaga jika ada orang yang tidak diundang masuk ke sini malam-malam.
Rombongan sibuk memperhatikan diorama patung-patung lilin seukuran manusia. Ada beberapa pria yang sedang duduk rapi. Di depan mereka ada panggung pendek dan disitu duduk seorang pria berpakaian kimono indah dan tampak agung. Itulah sang Shogun.
Dudi menerangkan sambil menunjuk ke arah bangunan kecil berpintu pendek yang tak jauh dari rombongan bahwa bangunan kecil di sana itu adalah tempat upacara minum teh atau Cha-seki. Biasanya tamu yang datang ditempatkan di sana dan tuan yang mendatanginya di sini.
***
Gudang beras tersebar di beberapa sudut di dalam puri Nijo. Ukurannya sebesar rumah yang sangat luas. Akbar mengendap-endap di sudut salah satu gudang beras. Dilihatnya pemandangan yang sangat luar biasa. Sekumpulan orang Jepang sedang bekerja mengangkut-angkut entah apa. Sebagian sedang menyapu. Mereka semua berpakaian seperti di film-film Jepang kuno. Beberapa anak kecil memakai kimono sutera indah sedang bermain bola. Penjaganya dua cewek yang juga memakai kimono yang indah tapi terlihat bukan dari sutera.
Akbar merasa sedang dalam dunia lain. Sepertinya gara-gara tadi terpeleset dan kepalanya terbentur dengan keras. Sepertinya tadi dia juga sempat pingsan. Arlojinya tidak bergerak. Yang dia ingat terakhir, dia melihat sebuah patung unik di ujung sebuah bangunan. Saat mendekati patung itu, Akbar terpeleset dan jatuh ke dalam sebuah lubang kecil di samping patung. Saat berhasil merangkak keluar, dia melihat hal-hal yang ajaib. Patung-patung lilin yang tadi diam tak bergerak sekarang berubah hidup jadi manusia.
Duk! Kakinya dibentur bola yang menggelinding dan dua detik kemudian seorang cewek yang umurnya sekitar 15 tahun dan sepertinya pengasuh anak-anak yang sedang bermain berlari ke arahnya. Dia terlihat kaget setelah melihat cowok bersepatu Nike di dekat bola. Dimata cewek itu, pakaian dan sepatu Akbar sangat aneh. Begitu juga arloji di tangannya. Belum lagi potongan rambut pendeknya.
Cewek itu berteriak tiba-tiba tanpa memberi Akbar kesempatan untuk berpikir, dia sudah dikelilingi penjaga bersenjata tombak dan pedang. Tubuhnya digiring ke arah sebuah bangunan yang tampak kokoh dan tanpa jendela. Pintunya yang kotor dibuka dan tubuh Akbar didorong ke dalam.
Pintu tiba-tiba dibuka dan seorang pria berbaju megah yang berada di balik pintu membentaknya. Tubuh Akbar yang gemetar hebat didorong untuk berlutut dan menunduk. Pria tua itu mengucapkan sesuatu dan membentak ke arahnya. Akbar paham, si baju merah itu menyuruhnya menjawab pertanyaan si pria tua itu.
Dengan bahasa Indonesia yang gemetaran Akbar berusaha ngejelasin kelo dia itu orang Indonesia. Pria tua itu berkata lagi. Akbar memutuskan mencoba nekat bertanya dalam bahasa Inggris. Tiba-tiba dia tertawa lalu menghampiri Akbar. Dia berjongkok sehingga wajahnya sejajar dengan Akbar. Lalu mengatakan sesuatu sambil terus tertawa. Dia menjulurkan tangannya dan memeluk bahu Akbar. Alih-alih berpikir kalau ini salah satu pertunjukan seru di Puri Nijo, Akbar lebih memikirkan jawaban lain yang lebih gak masuk akal. Sepertinya saat terpeleset tadi dia masuk lorong waktu ke masa lalu, ke masa shogun masih berkuasa.
Akbar kembali di bawa ke sebuah tempat di dekat taman. Hampir masuk ke bangunan kayu itu, seorang pemuda tampan sedang menunggu di depan teras. Saat melihat si kakek, dia membungkuk penuh hormat. Pemuda tampan itu bertanya dengan bahasa Inggris kepada Akbar. Akbar mengerti, pemuda itu bisa bahasa Inggris dan dia bisa menerangkan siapa dirinya.
Akbar mencoba menerangkan siapa dirinya dengan bahasa Inggris. Si pemuda tampan tampak berpikir keras lalu menerjemahkan untuk pria tua tadi.
Tiit tiiit tiiit. Suara alarm di arloji Akbar. Semua terlihat terkejut. Dengan panik Akbar mencoba memencet arlojinya.
Lalu dengan bahasa Jepang, kakek itu menyuruh pemuda tampan menanyakan Indonesia itu di mana, pakaian aneh apa yang dia pakai itu, dan apa yang ditangannya yang berbunyi. Akbar ngejelasin bahwa Indonesia itu jauh dari sini, sekitar 8 jam kalo pake pesawat. Suara yang tadi juga merupakan suara alarm arlojinya. Pemuda tampan itu tampak bingung, lalu dia menanyakan apa itu pesawat. Tadinya Akbar ingin menjawab benda yang bisa terbang, tapi dia malah ngeri sendiri. Takutnya orang yang bisa terbang dianggap penyihir yang harus dibunuh. Dengan nekat Akbar bicara kalo dia itu datang dari masa depan, tahun 2006. Dia juga berusaha ngejelasin kalo dia itu gak bermaksud jahat, dia cowok baik-baik. Tapi si pemuda itu malah tambah bingung, dia gak tau tahun 2006. Suara kasar gak sabar si pemimpin terdengar. Rupanya sudah gak sabar menanti jawaban.
Si penerjemah itu menghentikan omongannya. Lalu dia menghampiri Shogun dan berbisik-bisik cukup lama. Shogun terlihat mengangguk-angguk. Dia berpidato sebentar dan gak lama semua orang mengundurkan diri dari ruangan itu setelah membungkuk sebentar. Dia berkata pada Akbar kalo sekarang Akbar bebas dan Shogun telah menerimanya sebagai seorang tamu. Tapi dia harap Akbar tidak melakukan kesalahan apapun. Mereka punya banyak prajurit dan ninja. Akbar akan mati kalo dia ngelakuin hal bodoh dan pemuda tampan itu gak bisa menolongnya.
Pemuda itu mengajaknya ke bangunan lebih kecil daripada bangunan yang tadi. Dia diantarkan ke sebuah ruangan kosong bersamak. Itu sebenarnya tatami yang mengalasi sebuah ruangan di rumah-rumah Jepang. Dibukanya pintu geser yang ternyata lemari. Di dalamnya ada gulungan seperti kasur. Penerjemah itu berkata kalo gulungan itu buat tidur Akbar. Akbar mengangguk mengerti. Dia mengucapkan terimakasih. Si penerjemah itu membalikkan tubuhnya kemudian keluar tanpa pamit.
Akbar keluar dari ruangan itu setelah 10 menit sendirian membuatnya lebih tenang dan bisa berpikir jernih. Meski banyak orang-orang yang memperhatikan dia dengan penuh minat atau anak-anak mengikutinya takut-takut, tetap tidak ada yang menahan Akbar berjalan ke manapun dia mau. Akbar berkeliling dengan agak bingung, sampai akhirnya dia menemukan gudang berasnya.
Salah satu anak yang mengikutinya bertanya kepada Akbar menggunakan bahasa Jepang dengan penasaran. Akbar hanya tersenyum.
Akbar menemukan patung yang membuat dia tertarik sebelumnya. Lubangnya juga ada. Akbar mencoba masuk lagi ke dalam lubang itu. Susah payah dia mengangkat tubuh bongsornya ke atas lubang. Akhirnya dia mencoba menarik patung itu. Sikunya membentur keras ke wajah anak yang mengikutinya itu. Dia menangis sambil memegangi hidungnya. Darah segar mengalir dari balik katupan tangannya.
Akbar sadar, itu adalah saat yang buruk. Dia langsung berbalik dan siap mengambil langkah sejuta. Saat ketakutan itulah dia kembali terjerembab ke dalam lubang. Didengarnya suara orang berlarian ke lubang itu. Akbar pasrah bakal kena sial yang hebat, dia menutup matanya.
***
Akbar mendengar suara yang dia kenal. Sambil mengembuskan napas keras-keras, dengan takut-takut Akbar membuka matanya pelan-pelan. Wajah Rizki, Radit, Fajar, Sandy, dan Ferari memandangnya dari atas lubang. Ferari menjulurkan tangannya untuk membantu Akbar naik.
Akbar diam saja. Dirinya linglung. Ini aneh bener. Sepertinya tadi dia terlalu banyak berkhayal sejak melihat diorama patung lilin tadi. Ditepisnya tanah yang menempel di celana cargonya.
Wajah Radit terlihat cemas melihat sepupunya itu tampak pucat. Rizki mengajak Akbar duduk di bangku yang ada di taman. Akbar menurut saja. Dia juga berterimakasih saat sebuah botol minuman disodorkan. Akbar melihat arlojinya tidak melingkar di tangannya. Dengan cemas dia meraba sakunya. Arlojinya ada disitu.
***
Malam Terakhir di Kyoto

Perjalanan kali ini terasa panjang. Dudi bilang biar gak terlalu sore di tempat terakhir yang dituju hari ini, makanya mereka makan o bento alias kotak makanan yang sudah dibagikan di dalam bus saja. Meskipun kelas makanan kotak, isinya ditata menarik. Nasinya ditaburi wijen hitam dan ditengah-tengahnya ada sebutir buah asinan merah yang memberi rasa asin yang enak buat nasi yang dilewatinya. Nasinya agak lengket sehingga mudah diambil dengan sumpit.
Ferari menatap buah merah itu dengan penuh minat. Tanpa ditanya, Rizki ngejelasin kalo itu Umeboshi. Itu gak usah dimakan. Rasanya asin. Biar aja jadi penyedap nasinya. Guling-gulingin aja di atas nasi. Kecuali kalo kamu emang doyan, boleh aja dimakan.
Ferari memperhatikan lagi sebuah daun berwarna hijau. Bagian atasnya dipotong zig-zag dan bagian bawahnya datar. Daun itu digeletakan di atas udang goreng. Warnanya sih hijau menggoda, tapi kilapnya bikin dia ragu untuk mencobanya. Lalu dia tanya lagi ke Rizki. Yang ditanya memandang benda itu agak lama. Rizki menjawabnya sambil membuang muka dan menatap makanannya sendiri. Ferari langsung memakan daun itu. Di kunyahan ketiga, Ferari baru sadar dia kena tipu. Benda itu ternyata plastik, hanya untuk hiasan. Buru-buru dikeluarkan plastik sialan itu dari mulutnya. Dikerlingnya Rizki dengan kesal. Teman yang duduk disebelahnya itu terlihat menahan tawa. Kilat jailnya bersinar di mata.
Ferari menyalahkan Rizki. Tapi tentu saja Rizki berusaha membela diri. Kayak gitu aja nanya. Masa sih gak keliatan kalo itu plastik! Ferari mengeluhkan dari kemarin makanannya aneh-aneh. Ada yang kayak mainan, taunya makanan beneran. Makanya dia penasaran sama yang ini. Gak kapok, Ferari bertanya lagi pada Rizki sambil menunjuk sebuah makanan berwarna pink cerah dengan sumpitnya. Rizki gak langsung jawab, tapi dia malah menyambar makanan itu tanpa bisa dihindari oleh Ferari.
***
Taman Studio Kyoto ini milik PT Toei. Kurang lebih samalah dengan Universal Studio di Australia atau Dynasti Sung Village yang ada di Hongkong. Itu tempat orang bikin film lengkap dengan berbagai setting kota tiga demensi. Kesamaan Taman Studio Kyoto dengan Dynasti Sung Village adalah suasana zaman dulunya kerasa banget.
Sezsy celingukan mencari adiknya. Tubuh adiknya memang bongsor. Tapi di antara orang-orang yang berkerumun nonton syuting, tak terlihat tanda-tanda adiknya. Dia cemas, apalagi setelah kejadian adiknya terperosok ke dalam lubang di Puri Nijo. Teriakan dalam bahasa Indonesia bisa langsung dikenali dari suara-suara berbahasa lainnya yang mendominasi. Dia menoleh ke sumber bunyi itu. Dilihatnya sebuah bangunan kecil yang memasang umbul-umbul gede bertuliskan kanji. Sepupunya terlihat gembira dan melambaikan tangan di teras bangunan itu. Yang membuat Sezsy heran, sepupunya itu berpakaian seperti ninja. Serba hitam, lengkap dengan sepatu dan pedang. Dengan penasaran, ditanyanya sepupunya itu. Radit ngejelasin kalo ini shashin (foto). Bisa foto pake baju-baju Jepang lho. Gak Cuma kimono, tapi juga ada baju nikah, baju serdadu samurai, baju shogun, sampai ninja. Keren kan!
Sezsy dan Radit masuk. Ruangan itu gak seberapa luas. Di salah satu dindingnya dipajang beberapa kostum dengan bermacam jenis. Adiknya dan yang lain sudah memakai pakaian aneh-aneh. Cuma Ferari yang kelihatan masih normal. Sezsy melihat Sandy sedang memakai pakaian pengantin Jepang. Tapi yang dipakai adalah pakaian pengantin cewek. Pakaiannya sih indah, terdiri dari beberapa lapis bahan halus yang bergambar cantik. Warna-warni tiap lapisnya bertabrakan tapi terlihat enak dipandang. Topinya berbentuk seperti trapesium terbalik yang membuat pemakainya terlihat anggun. Tapi saat ini, yang memakai kostum itu adalah Sandy dan nantinya oleh Ferari juga yang sedang ikut mengantri. Jadi soul keindahan pakaian pengantin agak memudar.
Ruang itu makin sempit dan ramai karena beberapa orang masuk ke situ. Ada orang Jepang, ada orang bule entah dari mana, dan beberapa rombongan dari Indonesia juga ikut bergabung. Sezsy ikut mencoba juga dengan mengenakan kostum ninja yang berwarna ungu pucat.
***
Tempat makan yang didatangi rombongan kali ini khusus mie ramen. Restoran kecil itu menyediakan meja-meja lesehan. Di sana juga ada rak buku berisikan komik yang tebal dan besar seperti buku telepon.
Bella mencoba mengambil bantal duduk yang dekat dengan Abu. Abu sih tidak menghindar, tapi hampir tidak mengajak Bella ngobrol. Bella juga tidak berusaha untuk ngajak ngobrol duluan. Hatinya sedih, dia tidak tau apa yang membuat Abu tiba-tiba berubah.
Saat mie datang, Bella kaget. Mangkuk mie itu begitu besar. Bayangkan piring makan ceper yang dibuat jadi mangkuk. Sebesar itulah. Dan itu porsi untuk satu orang.
Ngerasa gak bisa ngabisin sendirian, Bella nanya sama Dudi apa emang porsinya segitu. Dudi jawabnya ya emang segitu, di sini gak bisa pesen setengah porsi. Lalu Dudi punya ide, yang kira-kira gak akan abis, satu mangkuk jadi buat makan berdua. Di masing-masing meja kan ada baki, isinya mangkuk-mangkuk kecil. Pindahin mie dari mangkuk besar ke mangkuk kecil sesuai kemampuan.
Bella yang duduk berhadapan dengan cewek asal Bogor menatap mangkuk kosongnya. Dia melihat cewek asal Bogor itu mengambili mie dari mangkuk besar ke mangkuk kecilnya. Perasaan gak nyaman meliputi hatinya. Tatanan mie yang bagus tadi sudah diacak-acak oleh teman berbagi ramennya, yang mendahului dia. Akhirnya Bella dan Abu bertukar mie karena kebetulan mie Abu belum sempat dimakannya karena tadi asyik ngobrol dengan dokter Adit.
Tangan kecil Justin menyodorkan komik besar yang berisi gambar anak-anak remaja sedang bermain voli pantai. Entah dari kapan dia ada di antara Bella dan Abu. Melihat komik yang dipegang Justin, Abu langsung menyambar komik itu dan menyelamatkan otak polos Justin. Soalnya gambar di komik tadi ada gambar cewek-cewek memakai bikini. Abu kembali bersama Justin sambil membawa komik untuk anak-anak, bukan komik dewasa yang pertama Justin bawa. Bella kesal karena Abu tidak duduk lagi disampingnya.
***
Happy menelepon keluarganya melalui telepon umum yang tak jauh dari hotel. Saat gagang telepon ditutup, Happy terkejut. Berlatar belakang kegelapan malam, Happy melihat sebuah wajah menempel di pintu boks telepon itu, Abu. Untung saat itu Happy gak berdiri di bawah lampu jalan dan malam mulai makin gelap. Jadi, Abu tidak melihat wajah Happy yang memerah dan cengiran senang di wajahnya.
Tangan Abu menggenggam tangan Happy dan memandunya berjalan. Happy merasa, malam itu bakal jadi malam terindah dalam hidupnya. Abu mengajak Happy ke suatu tempat. Dipandangnya ruangan yang penuh dengan mesin-mesin dari balik pintu dan jendela kaca yang lebar. Happy menganggukan kepalanya. Happy sempat mengira kalo itu tempat main game. Tapi Abu ngejelasin kalo itu tempat pachinko, buat judi tapi di bagian sana ada juga game-game seru. Tangan Abu menarik tangan Happy yang mungil.
Dari beberapa game berhadiah, Abu memenangkan sebuah boneka Totoro (salah satu tokoh dalam film anime dari rumah produksi Ghibli), sebuah jam meja kecil, sebuah ikat rambut bergambar tengkorak, arloji cincin, dan sebuah katana mungil yang ternyata sebuah penjepit dasi. Happy menatap tak percaya sekaligus senang begitu Abu mengulurkan semua hadiah itu kepadanya.
Abu mengambil cincin arloji itu dan memakaikannya di jari tengah Happy. Lalu diambilnya lagi ikat rambut dari tangan Happy dan beranjak ke belakang Happy. Abus menyisiri rambut sebahu Happy dengan tangannya. Lalu diikatnya rambut itu dengan ikat rambut yang baru dimenangkannya.
***
Pantai Layang-layang

Meskipun hari masih sangat pagi, cuaca saat itu cerah sekali. Makanya orang-orang memandang aneh Sezsy. Anak itu kerepotan membawa 23 buah payung bening dengan warna yang berbeda-beda. Riri yang udah setengah jam duduk di lobi hotel malah nyangka mereka beli banyak payung itu buat jualan sepulangnya ke Indonesia. Mendengar komentar Riri, Sezsy malah berpromosi kalo payung yang dia beli itu murah dan keren. Harga satuannya 350 ¥, padahal sebelumnya dia beli payung anti panas matahari harganya 2.500 ¥.
Dudi menghampiri mereka sambil geleng-geleng kepala. Dia bilang harga payung di Jepang emang murah. Di Jepang, payung itu sekali pake. Dia juga nyaranin ke Sezsy buat minta kardus ke petugas hotel buat naruh payung-payungnya. Ternyata petugas hotel tidak punya kardus yang cocok, tapi dia punya plastic rope. Akhirnya dibantu Riri, payung-payung Sezsy dan Happy diikat dengan tali itu. Indri dan Diana yang juga membeli payung itu ikut minta dibuatkan ikatan semacam itu kepada Riri.
Sekarang mereka harus segera berangkat. Tapi keluarga Mas Rian belum turun juga dari kamarnya. Dudi terlihat rusuh. Dia bergegas ke telepon untuk mengebel kamar keluarga itu. Sebelum telepon sempat diangkat, pintu lift terbuka dan keluarlah mereka berempat dari dalamnya. Dudi lega. Dia melihat Lita tampak ceria dengan rok lebar berwarna kuning muda dan atasan kemeja kaus warna kuning muda juga. Bayangan Dudi langsung melayang ke sarapannya beberapa hari yang lalu di pesawat, ommelette.
***
Perempuan itu menutup payung kainnya yang berbordir indah. Dia memakai make-up tebal, wajahnya dibedaki agak putih. Wajahnya terlihat cantik dan anggun. Begitu juga gerak-geriknya saat berjalan sambil memegang payung. Tubuhnya dibalut kimono sutera yang sangat indah. Obi-nya diikat rumit di punggungnya. Tengkuknya yang putih terlihat menggoda di balik kerah kimononya yang ditarik ke belakang. Rambutnya disanggul rapi. Hiasan-hiasan rambutnya terlihat mahal dan cantik. Di sampingnya berjalan wanita setengah baya yang juga memakai kimono, tapi tak seindah kimono perempuan muda itu. Idfi pelan-pelan menghampiri dua perempuan berkimono itu. Dia melihat teman-temannya juga memperhatikan mereka. Lalu Idfi menegur dua perempuan itu sambil menunjuk kameranya. Kedua perempuan itu menghentikan langkah. Si perempuan muda itu memutar tubuh tingginya dengan anggun.
Berikutnya, geisha itu terlihat kecil di antara 20 orang Indonesia yang ikut berfoto bareng. Wajahnya yang cantik tidak menampakkan ekspresi saat cahaya blitz dari belasan kamera berbeda menerpa wajahnya. Radit mengucapkan terimakasih sambil membungkukkan badannya. Geisha dan pengiringnya membungkukkan badan juga. Dudi memberi aba-aba agar semua masuk ke bus yang sudah menunggu di depan hotel. Para petugas hotel melepas mereka dengan bungkukan badan berkali-kali sampai bus hilang di tikungan.
***
Indri berteriak keras sambil menunjuk kereta api yang lewat di jalan kereta di kejauhan. Rupanya dia menyangka kalo itu shinkasen. Tapi ternyata itu kereta biasa. Kereta yang Indri lihat tadi modelnya gak jauh sama yang di Indonesia. Shinkansen itu bentuknya lebih modern. Lokomotifnya kayak peluru. Nanti mereka juga bakal naik shinkansen kok, dari Hamamatsu ke Tokyo. Shinkansen juga macem-macem, ada Hikari, Nozomi, Kodama. Tapi kalo ke arah utara lebih banyak lagi jenisnya.
Diana sempat nanyain ke Dudi apa perbedaan antar jenis shinkasen itu tadi. Dudi langsung jelasin kalo yang tiga itu tadi dari tingkat kecepatan. Nozomi itu paling cepat. Nanti mereka juga naik Hikari, yang kecepatannya sedang. Kecepatannya bisa sampai 360 km/jam. Yang paling cepet bisa sampai 580 km/jam.
***
Semua orang sedang dalam keadaan santai. Makan siang yang terlalu pagi di tepi danau Hamana atau Hamana-ko. Sekitar satu sampai dua jam lagi mereka bakal sampai di kota tujuan, Hamamatsu.
Mata Sezsy terbuka saat mendengar suara adiknya berteriak keras. Tidurnya yang baru 10 menit langsung terganggu. Tapi saat matanya menangkap tubuh adik dan sepupunya, Sezsy lega. Akbar, Radit, dan beberapa cowok muda di rombongan itu tampak asyik berbincang akrab dengan seorang bapak yang tadinya sedang memancing. Ya bisa dibilang akrab karena bahasa tarzan terlihat meramaikan obrolan mereka.
Hamana itu danau air tawar tadinya, tapi dulu sempat ada gempa bumi hebat, jadinya jalur ke laut langsung terbuka. Makanya di sini asyik banget buat mancing. Sebenernya di sini juga ada tempat pemandian, tapi mereka gak bisa mampir karena harus secepatnya sampai di Hamamatsu. Ayano memberikan aba-aba untuk segera melanjutkan perjalanan. Sezsy melambaikan tangan memanggil adik-adiknya. Mereka berlarian menyusul masuk ke bus. Tapi tiga menit Sezsy menunggu di dalam bus, mereka belum juga muncul. Tak lama kemudian mereka masuk dan masing-masing tangan memegang sebuah mangkuk.
Radit mengulurkan kedua tangannya yang memegang mangkuk mie dari bahan sekali buang. Tadi mereka nemuin mesin penjual mie instan. Malah mienya sudah dikasih air panas sekalian sama mesinnya. Karena Dudi khawatir mienya mengandung babi, diperikasanya mie yang dibeli Radit dan teman-temannya. Ayano membantunya memeriksa label mie itu. Ternyata mangkuk mie yang berstrip biru adalah rasa seafood, yang coklat rasa sapi, yang pink rasa ayam, dan yang kuning rasa babi. Ferari dan Sandy dengan cemberut terpaksa hanya memandang mie-nya yang berstrip kuning. Lalu membuangnya ke tempat sampah.
***
Ibam sedang menceritakan legenda Jepang tentang Danau Hamana dan Gunung Fuji tapi lupa-lupa inget. Ada raksasa yang jahat dan penduduk berusaha membunuh raksasa itu. Si raksasa itu jatuh berlutut. Telapak tangannya menimpa bumi dan membuat legokan itu. Itu jadi danau. Dan tubuhnya jadi Gunung Fuji.
Justin dengan penasaran dan mata terbelalak menanyakan kebenaran cerita yang tadi diomongin Ibam. Adit yang menyimak dari tadi gak mau anak kecil itu dibodohi oleh cerita legenda, makanya dia nasehatin Justin supaya jangan terlalu percaya sama cerita Ibam tadi. Lita juga mencoba ngejelasin saat ngeliat anaknya bingung Itu namanya cerita rakyat. Jadi udah diceritain dari zaman dulu. Soal bener gaknya, belum tentu. Tapi setelah itu Ibam malah cekikikan sendiri. Sebenernya juga dia gak yakin kalo itu legenda danau dan gunung itu. Abis yang cerita ke dia juga orang Jepang dan waktu itu dia baru semester 3, jadi belum terlalu ngerti bahasa Jepang. Penonton pun kecewa dan bubar.
***
Baru lewat sedikit dari tengah hari, mereka udah sampai di dekat sebuah pantai. Langit di atas pantai itu terlihat penuh dengan ratusan layang-layang. Ribuan orang tampak memadati pantai yang luas itu. Ayano sangat bersemangat karena dia tinggal di sekitar Hamamatsu, tepatnya di daerah Toyoda. Nanti malam pun mereka akan menginap di rumah Ayano yang telah disulap menjadi penginapan bergaya tradisional.
Festival layang-layang Hamamatsu diadakan hampir tiap tahun dan sudah jadi tradisi sejak tahun 1887. Sejarah menulis bahwa festival layang-layang dimulai saat penguasa Puri Hikuma merayakan kelahiran putranya. Layang-layang yang ada di festival ini tidak seperti yang biasa dilihat di Indonesia. Bentuknya kebanyakan 3 dimensi, ukuran talinya pun setebal jari manusia. Ukuran layang-layangnya besar-besar dengan warna-warni yang meriah. Tiap layang-layang dijagai beberapa orang dewasa yang rata-rata berpakaian tradisional yang ringkas. Beberapa orang yang tidak mengadu layang-layang tampak menabuh taiko (bedug khas Jepang berukuran besar) dan genderang. Penonton juga gak dilarang berkeliaran di antara orang-orang yang yang mengendalikan layang-layang, asal tidak mengganggu.
Lelah di antara orang yang berdesakan dan sibuk melihat ke angkasa, Idfi, Reza, dan tentunya Riri, menjauh dari kerumunan. Sambil mengobrol, mereka menyusuri jalan setapak pasir menuju rimbunnya pohon. Riri menunjuk ke sebuah lubang di tengah-tengah rimbunan pohon. Ternyata lubang itu adalah terowongan yang dibentuk oleh dahan-dahan pohon yang membentuk atap dan dinding. Mereka menyusuri terowongan itu dengan rasa penasaran.
Cahaya di ujung terowongan mulai terlihat. Tiba-tiba saja mereka melihat pantai yang luas banget. Ternyata di sana juga ada Rizki dan teman-temannya. Radit dan Akbar tampak sedang mengamati ubur-ubur yang terdampar. Mereka ingin memotret. Rizki dan teman-temannya sudah puas memakai kameranya dan mereka memutuskan untuk kembali ke pantai yang jadi lokasi bermain layang-layang.
***
Ferari berlari-lari menyusuri terowongan pohon itu. Tangannya melambai-lambai penuh semangat sambil memanggil-manggil Reza dan dokter Idfi. Reza negurnya dari arah belakang. Kaget, Ferari berbalik. Ferari bingung. Ternyata orang yang tadi dia teriaki adalah orang Jepang. Idfi menarik tangan Reza lalu segera berlari menuju terowongan.
Dudi yang udah nunggu di mulut terowongan langsung ngajak mereka ke museum yang letaknya sudah gak jauh. Mereka sekarang sudah sampai di depan bangunan yang tidak terlihat seperti museum. Di pintu depan Dudi terlihat membeli tiket masuk. Biasanya masuk ke museum ini 400 ¥. Tapi karena lagi ada festival, jadi lebih murah 200 ¥. Buat anak-anak dan pelajar sih gratis. Mereka melihat seluruh dinding mencapai langit-langit dan juga di dalam lemari kaca terpampang layang-layang besar.
***
Nenek itu membawa baki berisi kotak-kotak kecil. Di belakangnya seorang ibu setengah umur yang juga memakai celemek, membawa baki berisi minuman. Itu ibu Ayano. Kedua wanita itu membungkukkan tubuhnya. Yang lain membalasnya. Ayano memperkenalkan satu-persatu rombongannya.
Rumah Ayano dipertahankan sebagai penginapan tradisional sejak dibangun 50 tahun yang lalu saat ibu Ayano baru lahir. Kakek Ayano juga memiliki tanah yang sangat luas yang dijadikan kebun dan sawah. Letaknya di Toyoda, kota satelit dari Hamamatsu.
Dari hasil penginapan dan kebun yang dikelola turun-temurun, mereka bisa menyekolahkan Ayano, satu-satunya cucu dari keluarga Nejishima ke jenjang perguruan tinggi. Ayano awalnya mengambil sekolah perhotelan, tapi di tengah jalan dia banting setir dan mengambil jurusan Sastra Indonesia. Karena mendapat nilai tertinggi di kelasnya, Ayano mendapat beasiswa untuk sekolah langsung di Indonesia. Dua tahun Ayano habiskan di Universitas Padjadjaran Jatinangor. Makanya bahasa Indonesianya lancar. Di Indonesia itulah Ayano bertemu dengan Dudi yang mengenalkannya pada Pak Yusuf, pemilik Duta Indah Tours and Travel. Begitu tau Ayano punya penginapan tradisional, Pak Yusuf langsung mengajak Ayano untuk menjadi pekerja lepasan. Itulah awalnya kenapa Ayano bisa kerja sama dengan Dudi, dan benih cinta tumbuh di antara keduanya.
Suasana di penginapan itu berasa seperti rumah tradisional Jepang. Semua tamu bisa masuk ke dapur dan ruang tamu sesuka mereka. Dapurnya sendiri modern dengan lantai keramik. Sementara ruang tamunya bertatami tapi di atasnya ada beberapa sofa dan tv besar. Semua orang diharapkan memanggil Oka-san dan Obaa-san ke ibu dan nenek Ayano. Ojii-san dan Oto-san ke kakek dan ayahnya.
Dinding-dinding kamar itu bisa digeser seluruhnya sehingga batas antar kamar tidak ada lagi. Cowok-cowok ditempatkan di sayap kiri dan cewek-cewek di sayap kanan. Peserta yang datang dengan keluarga ditempatkan di kamar-kamar depan.
***
Akbar memandang pucat kamarnya. Dia teringat pengalaman anehnya di Puri Nijo. Ruang tidur di rumah Ayano hampir mirip dengan ruangan di Puri Nijo. Bedanya disini ada tv dan kipas anginnya. Radit yang dari tadi ngeliatin muka sepupunya pucat jadi khawatir. Dia sempet nawarin mau ngasih tau ke Sezsy apa enggak. Akbar menggeleng kepalanya dengan lemah. Dia malah curhat kalo ruangan ini mirip dengan ruangan yang ada di Puri Nijo.
Radit terdiam mendengar curhat sepupunya. Dia bingung harus bilang apa. Lalu Radit pun berusaha membujuk Akbar untuk ngelupain kejadian itu. Remaja bongsor itu pun mulai tenang hatinya.
***
Maaf, WC di Mana Ya?

Udara pagi di Toyoda terasa segar sekalipun di musim panas. Toyoda yang jadi bagian kecil di pinggiran Hamamatsu sepertinya gak terlalu terkenal dibanding Kobe, Yokohama, Hiroshima, Tokyo, Nagasaki, atau Kyoto. Padahal kota Hamamatsu sering dibilang kota ‘pertengahan’ karena, konon, kota ini ada di tengah-tengah Jepang. Kota ini dikenal sebagai kota industri besar di Jepang. Dari berbagai mesin, kendaraan, sampai alat musik dibuat di sini. Perusahaan Honda Motor Co. malah pertama kali dibangun di kota ini. Di sini juga banyak pabrik merk terkenal, seperti Kawai Musical Instruments, Roland, Suzuki, dan Yamaha. Penduduk kota modern ini gak begitu banyak, sekitar 500 ribu lebih dikit. Meskipun industri tersebar di mana-mana, kota ini masih penuh hutan, sawah, dan ikan. Teh hijau banyak ditanam di daerah ini dan ciri khas utama Hamamatsu adalah belut.
Inilah yang dihidangkan pagi-pagi di penginapan Ayano untuk sarapan. Belut itu ditumis dengan bumbu kecoklatan yang harumnya enak. Beberapa orang yang geli sama belut disediakan hidangan lain. Semacam bayam yang diberi saus manis dan ditaburi wijen. Makanan penutupnya buah sakuranbo dan apel hijau. Sebotol minuman kayak Yakult ada di samping piring mereka. Pilihan berbagai puding juga disediakan. Ada puding jeruk lengkap dengan butiran-butiran jeruk, puding kopi, puding karamel, dan puding coklat.
***
Perjalanan bus kali ini tidak terlalu lama. Begitu turun dari bus, mereka dihadapkan pada beberapa rumah yang sepertinya primitif banget. Tempat ini namanya Shijimizuka yang merupakan peninggalan kampung primitif dari 3.000 sampai 4.000 tahun yang lalu. Di dekat situ ada Hamamatsu History Museum. Isinya berbagai peninggalan purbakala sampai jaman shogun.
Ayano bercerita tentang puri yang mereka lewati. Mereka melewati Hamamatsu Castle yang dibangun oleh Ieyasu Tokugawa, shogun pertama dari keluarga Tokugawa. Puri itu dibangun 400 tahun yang lalu. Sempat hancur karena api pada akhir abad ke-19, puri itu direhab kembali. Saat Ayano bercerita, Dudi membagi-bagikan unagi-pie dalam kaleng. Kali ini semua orang gak menolak meskipun tau itu terbuat dari belut. Rasanya memang enak sekali.
***
Sezsy menarik tangan Happy menuju teras Kuil Ryotanji. Entah muncul dari mana tiga cowok Jepang menghadang mereka. Obrolan seru antarcewek pun terpaksa berhenti. Cowok berbadan gede yang memegang semangkuk serutan es dengan sirup berwarna pink terang menanyai mereka dengan bahasa Inggris. Lalu Sezsy segera ngejelasin kalo dia dan Happy itu orang Indonesia. Ketiga cowok itu mengangguk-angguk.
Tiga cowok itu menggiring Sezsy dan Happy menuju bangku batu terdekat untuk berfoto bersama. Dua cewek itu dipersilakan duduk dengan sopan oleh cowok-cowok itu. Si mata sipit menyelip di antara mereka lalu difoto. Giliran cowok yang bertopi pet yang difoto dan terakhir si cowok berbadan gede.
Sezsy dan Happy saling lirik-lirikan gelisah. Adegan 20 detik itu seperti satu jam lamanya. Mereka dengan cemas juga memandang berkeliling takut kalau-kalau ada anggota rombongan yang melihat, terutama geng cowok-cowok hip-hop. Bisa abis jadi celaan nantinya.
Untungnya selesai sudah acara foto-fotoan itu. Tapi cowok-cowok Jepang itu tidak melepas mereka dulu. Happy udah cemas aja bakal dimintai nomor telepon dan alamat. Sezsy malah lebih cemas bakal dimintain tanda tangan. Ternyata si cowok yang berbadan gede mengeluarkan selembar duit lima ribu yen dari kantongnya. Jelas dua cewek itu tengsin dan menolak. Tapi cowok itu malah melambai-lambaikan uangnya. Rasanya lebih memalukan lagi, jadi Sezsy merasa mendingan uang itu diambil daripada orang-orang disekeliling mereka ada duit diacung-acungkan cowok ke arahnya.
***
Abu baru saja membeli sebuah teleskop yang dilihatnya di department store di Hamamatsu ini. Buat sebuah teleskop canggih, harganya lumayan murah. Sekitar 2,4 juta rupiah. Sementara teleskop standar saja, di Indonesia harganya udah segitu. Abu juga membeli tempat teleskop yang harganya ternyata sama dengan harga kantong keyboard. Abu juga ngeliat lup buat geologist ada di daftar barang-barang yang dijual di merk Vixen ini. Dia inget sama adiknya dan dibelinya satu.
Abu berjalan buru-buru setelah berbicara sebentar dengan Bella yang jua lagi milih-milih. Dia ngeliat, Reza lagi beliin Riri sebuah boneka bulu yang lucu banget. Cowok-cowok muda lagi pada ngumpul di tempat elektronik. Dudi sempet ngingetin juga kalo mau beli barang-barang elektronik nanti aja di Tokyo. Tapi Akbar dengan nada gak percaya malah tanya ke Dudi tentang yang dia omongin tadi. Dudi langsung jelasin kalo nanti mereka bakal ke Akihabara. Itu pusat elektronik terbesar, semuanya ada. Handphone aja banyak yang murah, tapi gak bisa dipake di Indonesia.
Radit menyela. Dia bilang pernah liat di majalah kalo di Jepang ada alat penerjemah meongan kucing. Dudi jawabnya agak ragu. Meowlingual atau apa gitu namanya. Yang Dudi tau, bowlingual buat nerjemahin suara anjing. Tapi terjemahannya juga pasti bahasa Jepang.
***
Saat ini mereka lagi berfoto-foto dengan latar belakang the Act Tower. Gedung tertinggi di Hamamatsu dan jadi simbol kota itu. Gedung yang dicat warna cerah itu konon selesai dibangun tahun 1994 dan tingginya 212 m. Mereka berjalan kaki menuju gedung itu melewati penyebrangan bawah tanah. Bawah tanahnya bersih sekali dan di dalamnya banyak toko yang berjajar rapi. Di situ hampir semua membeli unagi-pie yang ada di salah satu toko. Harganya agak mahal sih, sekalengnya sekitar 2.000 ¥.
Keluar dari tempat penyebrangan bawah tanah, Adit memperhatikan tempat parkir yang sangat canggih. Petugas di depan panel menggerakkan sebuah tuas. Tiba-tiba lantai di bawah mobil itu bergerak mengayun ke samping dan kemudian ke atas. Posisinya digantikan oleh lantai baja tipis baru yang mengayun dari atas.
Kagum melihat tempat parkir itu, Adit baru sadar bahwa dia tertinggal dengan rombongan lainnya. Wajahnya yang menarik terlihat bingung, arah mana yang harus diikuti. Nekat Adit berjalan lurus saja sambil membolak-balik brosur gedung Act Tower, siapa tau ada petunjuk jalan.
Yang jadi masalah sekarang, Adit sakit perut, kayaknya butuh banget WC. Dengan muka memerah, dihentikannya seorang bapak yang sedang naik sepeda. Dokter muda itu jelasin dulu kalo dia orang Indonesia sebelum nanya di mana ada toilet. Bapak yang memakai jas dan dasi itu menghentikan sepeda mininya dan memandang Adit dengan bingung. Adit mulai gelisah. Si bapak manggut-manggut. Bukannya ngasih tau di mana Adit bisa nemuin WC, tapi malah benerin tas kerjanya yang ada di keranjang depan sepeda mininya. Si bapak itu malah ngulang pertanyaan Adit dengan nyantainya, membuat Adit nyesel nanya sama orang ini. Akhirnya bapak itu menunjuk sebuah bangunan kecil di depan sebuah taman. Jaraknya cuma sekitar 20 langkah dari posisi mereka.
Radit segera mengucapkan terimakasih sambil berlari menuju WC. Dia udah gak peduli rombongan gak kekejar. Yang penting dia tau alamat tempat dia tinggal. Tinggal nanya-nanya sama orang-orang stasiun, trus beli tiketnya, sampai di stasiun tujuan tinggal jalan kaki deh ke hotel. Adit emang cowok berani yang tidak takut bertualang sendiri.
Toilet itu berada di trotoar depan taman kecil yang ada diantara gedung-gedung. Pintunya menghadap jalanan. Adit agak panik setelah pintu toilet itu ternyata gak bisa dibuka. Dia pikir ada orangnya dan dia harus mengantre. Rasanya udah kebelet banget dan bisa-bisa bobol kalo nunggu orang lagi. Untungnya Adit ngeliat sebuah lobang tipis didekat pintu, dan ada tulisannya ¥ 200. dengan panik dirogohnya kantong kecil di celana jeansnya. Dia nemuin beberapa koin dan diambilnya dua koin seratusan.
Pintu langsung menjeblak terbuka ke dalam, pelan tapi pasti. Pintu otomatis terkunci saat Adit menutupnya. Kurang lebih 4 menit sedang asyik-asyiknya, tiba-tiba terdengar suara denting halus berkali-kali berbunyi. Sebelum sempat berpikir alarm apakah itu, tiba-tiba pintu mengayun terbuka. Tanpa sadar, Adit menjerit kaget. Itu memperparah keadaan. Beberapa orang yang sedang berjalan di trotoar depan WC itu langsung berpaling ke arah sumber suara. Dengan panik digapainya pintu WC itu dan mencoba menutupnya. Ternyata pintu itu hanya menutup sebentar, lalu terbuka lagi. Untungnya gak selebar yang tadi. Adit akhirnya mengerti bahwa lampu dan alarm tadi buat menandakan waktu memakai WC telah habis.
Adit meloncat dan menahan pintu WC dengan tubuhnya. Diambilnya uang 500 ¥ dan dimasukkan ke dalam lubang tipis yang ada di bagian dalam dinding WC itu. Pintu kembali bisa tertutup rapat dan terkunci.
***
Per Jam 300 Km Lebih

Malam terakhir di rumah Ayano dirayakan dengan pesta kembang api. Obaa-san dan oka-san sudah menyiapkan hidangan sashimi. Itu hidangan istimewa karena memang bukan makanan murah. Sebelumnya, Ayano sudah bertanya pada rombongan, apa mereka berani mencoba makanan mentah. Sebagian setuju, sebagian lagi enggak. Buat yang gak berani ngerasain makanan mentah, penginapan Nejishima ini nyediain goreng udang dan oden. Sebenernya makanan ini kurang cocok di musim panas. Tapi orang Indonesia sih gak protes, yang penting enak. Oden itu enak sekali, jadinya yang udah mencicipi sashimi juga ikut makan oden. Makanan berkuah itu lebih duluan abis dibanding ikan-ikan mentah.
Setelah selesai makan, Oto-san memanggil semuanya ke halaman depan. Dua sepupu Ayano yang datang dari Hamakita membantu Ojii-san menyalakan beberapa kembang api. Dua petani yang tadi pagi ditemui Andre di sawah juga datang pake mobil sedan mereka. Andre sampe kagum melihat petani penggarap sawah saja bisa punya sedan bagus.
Semua orang berseru girang saat sebuah kembang api roket melesat ke udara dan pecah di atas dengan cahaya warna-warni. Sayang, setengah jam yang riang itu harus berakhir setelah semua persediaan kembang api habis. Sedikit kecewa tapi ngerasa hepi, semua orang masuk ke dalam, Oka-san berlari-lari kecil membawakan minuman dingin, puding, dan buah-buahan.
***
Obaa-san, Ojii-san, Eri, Hideki, dan Oto-san berjajar di depan pagar sambil melambaikan tangan ke penumpang bus. Oka-san ada tepat di samping jendela bus dan sesekali menghapus air matanya yang mengalir. Dia terlihat sangat sedih ditinggal pulang pelanggan hotelnya yang menyenangkan. Ayano pun terlihat terharu melihat ibunya menangis. Dia juga sedih sekali harus pergi dari rumahnya. Happy, Riri, Indri, Diana, Runi, dan Lita juga menitikkan air mata. Mereka melambai-lambaikan tangan ke keluarga Nejishima yang menyenangkan. Bus melaju pelan meninggalkan Toyoda-Cho yang indah dan tenang.
Bus itu memang gak berjalan jauh. Di stasiun kereta api Hamamatsu, mereka berhenti. Semua mengangkut koper dan bawaannya masing-masing masuk ke dalam stasiun. Dudi dan Ayano membagi-bagikan tiket kepada masing-masing peserta. Dudi yang masuk duluan berkali-kali mengingatkan agar rombongan tidak lupa mengambil tiket lagi dari ujung jalur.
Kereta api cepat mereka akan datang 15 menit lagi. Tertarik dengan sebuah kios yang menjual berbagai coklat dan gula-gula, Justin menghampirinya. Tampang Justin yang penuh minat menarik perhatian si penjual yang kemudian menyapa Justin dengan ramah. Penjaga kios itu rupanya sadar kalo anak kecil yang dihadapinya bukan orang Jepang. Diulurkannya satu potong cokelat sambil berkata dengan bahasa Inggris kalo itu gratis.
Meskipun masih SD, Justin sudah belajar untuk bilang terimakasih dalam bahasa Jepang. Justin malah membungkuk mengikuti gaya orang Jepang. Lalu dia berlari ke arah orang tuanya. Ibunya kaget melihat anaknya memakan coklat. Karena ngrasa gak beliin anaknya coklat, dengan penasaran dia nanyain dari mana Justin dapet coklatnya. Justin sibuk menikmati coklat yang ternyata dilapisi marshmallow, tampaknya enak sekali. Sambil nunjuk toko itu tadi, Justin jelasin kalo tante di toko itu yang ngasih. Biar gak malu, Rian nyaranin Lita biar beli sesuatu di toko tante itu. Tapi baru beberapa langkah menuju toko itu, ada shinkasen yang datang, jadi Lita gak jadi pergi ke toko.
***
Lima menit setelah Nozomi lewat, Hikari datang dan berhenti. Ayano membimbing mereka ke sebuah gerbong yang lebih dari setengahnya terisi.
Abu nyeritain dengan semangat sama Bella kalo dia tadi jalan-jalan ke gerbong lain. Terus nemuin gerbong yang kosong gak ada kursinya. Di gerbong itu ada speedometer. Jarumnya nunjukin 300 km per jam lebih!
Di kejauhan terlihat Fuji-yama yang cantik sekali. Gunung itu tingginya 3.776 meter sehingga bagian lehernya pasti selalu ditutupi awan. Dengan puncak saljunya, Fuji-san tampak selalu indah. Malah ada waktu tertentu gunung Fuji terlihat merah karena efek cahaya matahari. Di balik keindahannya, gunung tertinggi di Jepang itu adalah gunung berapi. Dia punya kawah dengan diameter 610 meter. Sekarang gunung itu sedang tidur, letusan terakhirnya di tahun 1708.
***
Jalanan yang mereka lalui melayang di atas air yang luas banget. Riri gak tau apa itu sungai yang besar sekali atau danau. Yang pasti pemandangan saat berjalan di atas air terlihat sangat indah. Dia gak tau kalo itu teluk dan dia lagi ngelewatin Rainbow Bridge.
Riri membalikkan badannya ke belakang mobil. Entah kenapa, saat sampai di stasiun Tokyo, mereka dijemput lima mobil van, bukan bus. Dan sekarang, van-van yang lain tidak terlihat.
Supir van itu sambil menunjuk rumah-rumah kecil yang hampir tidak ada halaman dan cuma ada satu garasi kecil untuk mobil itu. Dia bilang rumah-rumah itu miliknya orang-orang kaya di Tokyo. Riri yang mendengar penjelasan supir langsung bergurau kalo rumah orang-orang kaya aja tipe dua satu, gimana rumah orang miskinnya. Mendengar gurauan Riri yang rada pedes, Rian pun mengira-ngira kalo harga tanah di Tokyo mahal banget mungkin.
***
Bus Kucing

Hotel itu terletak di tempat yang strategis dan namanyapun sesuai dengan distrik tempat hotel itu berada. Shibuya City Hotel. Buat hotel di tengah distrik bergengsi di Tokyo, harga per kamarnya termasuk sedang, sekitar 9.000 ¥ per malam.
Pagi itu bumi basah karena subuh-subuh tadi hujan sebentar. Adit, Rizal, Idfi, Rian, Rizki, Ferari, Andre, dan Radit sedang duduk-duduk santai di teras depan hotel. Mereka lagi asyik ngobrol-ngobrol saat seorang cewek Jepang yang cantik lewat di depan hotel. Cewek itu cantik sekali. Matanya besar, kulitnya halus, dan rambutnya yang panjang diikat scraf. Pakaiannya santai tapi trendy. Tubuhnya langsing membuat cowok-cowok di depan hotel itu langsung memandangnya, dari yang remaja sampai yang sudah beristri. Tapi yang membuat cowok-cowok itu penasaran bukan karena tubuh atau wajahnya, tapi gembolan kantong hitam besar yang dipanggul di bahunya.
Adit gak tahan buat komentar. Dia kira cewek itu jadi tukang sampah. Dia ngomongnya cukup keras tanpa takut terdengar cewek itu. Yang ngerti, ya temen-temen dari Indonesia, dan mereka semua tertawa. Tanpa disangka, cewek itu menoleh ke arah mereka. Daaaann… cewek itu ngomongnya pake bahasa Indonesia yang lancar dan jelasin kalo itu bukan sampah tapi baju kotor untuk dibawa ke laundry. Malah dengan terus berjalan cuek, cewek itu ngomong kalo dia kuliah di Unpad.
***
Dari semua jadwal tur, Radit paling nungguin hari itu. Soalnya, hari itu mereka bakal ngunjungin Museum Ghibli. Dari kecil, Radit seneng banget sama film-film dari Ghibli. Belakangan ada beberapa film Ghibli yang dia tonton dan bikin dia jatuh cinta. Heisei Tanuki Gasen Pompoko, Grave of the Fireflies, Princess Mononoke, atau Mononoke Hime, dan Spirited Away yang jadi pemenang Oscar. Tapi Radit juga suka sama Laputa: Castle in the Sky, Porco Rosso, Whisper of the Heart, Howl the Moving Castle… Ahhh, kayaknya dia suka semua produksi Ghibli.
Tau Radit seneng banget dengan kunjungannya kali ini, Dudi langsung jelasin kalo mau ke museum itu mesti reservasi dulu. Gak bisa sembarangan dateng langsung beli tiket. Museum juga tutup tiap Selasa. Tiap minggunya pengunjung cuma dibatesin 600 pengunjung. Dudi juga jelasin harga-harga tiketnya yang ternyata beda-beda. Buat si Ade, tiketnya cuma 100 ¥, kalo umur 7-12 th, tiketnya 400 ¥. Nah, buat Radit, Ferari, Sandy, tiketnya 700 ¥. Rizki dan yang lainnya yang umurnya lebih 18 th tiketnya 1.000 ¥.
***
Rian memandang anaknya yang lagi sibuk ngobrol dengan Ferari. Anak itu memang gampang akrab sama orang dewasa. Ferari juga tampaknya penyuka anak.
Tangan istrinya lagi sibuk ngupas jeruk untuk Ade. Rian memandang sayang istrinya. Mereka pacaran sejak SMA, tapi saat kuliah mereka putus. Saat lagi konser musisi jazz, mereka ketemu lagi dan akhirnya balikan. Gak mau lama-lama lagi pacaran, baru 8 bulan pacaran, Rian langsung nglamar Lita dan mereka menikah setengah tahun kemudian.
Sebuah jeruk disodorkan ke mulutnya. Kebiasaan buruk Lita, kalo memberikan makanan langsung menyodokkan ke mulut Rian. Karena lagi gak mau makan jeruk, akhirnya jeruk itu diberikan buat Justin. Rian melihat anaknya menolak saat Ferari menyodorkan potongan jeruk yang sudah dikupas. Akhirnya dia melihat jeruk itu habis dimakan Ferari.
***
Jujur aja, Idfi gak begitu ngerti ini museum apa. Nama Ghibli pun baru denger. Bukannya gak suka nonton sih, tapi belakangan ini dia emang sibuk banget ngurusin kuliah. Setelah lulus, dia sibuk magang di UGD rumah sakit. Setelah 3 tahun dia buka klinik bareng temen-temennya dan mulai bisa nyantai dikit. Liburan kali ini dia milih ke Jepang, dan kebetulan dua temen yang bareng-bareng ngrintis klinik juga mau ikut.
Bangunan museum dicat merah di bagian luarnya. Dari luar, terlihat samar-samar patung salah satu tokoh andalanGhibli berukuran besar. Kata Radit sih itu Totoro. Semuanya memang menggambarkan tokoh-tokoh Ghibli. Di kaca-kaca jendela bermunculan karakter-karakter itu. Beberapa robot setengah jadi bertebaran. Ada Totoro bayi, Totoro yang memegang payung, bus kucing, Mei lagi main tali, dan banyak lagi.
***
Akbar mengajak Sezsy masuk ke salah satu penjualan suvenir. Di situ ada beberapa replika dari film-film Ghibli. Ada juga yang asli tapi cuma buat pajangan doang. Sezsy melihat harganya. Huah! Mahal-mahal banget. Sebenernya dia juga gemas melihat replika yang lucu-lucu itu. Tapi melihat harganya, tampaknya dia terpaksa menolak permintaan adiknya.
Mereka masuk ke toko suvenir yang lain, nama tokonya Mamma Aiuto. Ternyata di dalamnya ada lebih banyak lagi benda yang dijual. Radit membeli soundtrack film dan ransel berbentuk Totoro. Sezsy dan Akbar akhirnya sepakat membeli paket DVD player yang ada bonus filmnya. Harganya lumayan mahal, sekitar 19.800 ¥. DVD itu ukurannya kecil, dilapis kayu yang divernis halus. Yang menarik, remote dan tombolnya berbentuk buah kenari dan ada gambar Totoro di beberapa tempat.
***
Wajah Diana tengadah dan memandang kagum. Bioskop itu dilengkapi dengan jendela-jendela yang bentuknya seperti jendela pesawat terbang. Atapnya dihiasi gambar awan, pesawat terbang. Udara dingin dari AC mengalir menyejukkan.
Andre diam-diam naksir Diana. Wajahnya mirip Titi DJ pake kerudung. Orangnya ramah dan banyak cerita, lesung pipinya menggemaskan. Teman yang selalu bareng Diana juga manis. Indri itu mukanya mungil, sama bawelnya, sama ramahnya. Cuma ternyata dia udah punya cowok. Sayangnya Diana tampak gak peduli dengan Andre. Dia gak keberatan Andre ada di dekatnya, tapi dia juga gak nyariin kalo Andre gak ada.
***
Surga Gamers

Lift itu ukurannya kecil, tapi petugasnya terus memaksa orang-orang masuk hingga berdesakan. Lift itu melaju kencang. Setiap orang yang ada di dalamnya mengomentari kondisi mereka yang sama sekali gak bisa bergerak. Gak lama kemudian lift berhenti dan pintunya terbuka. Udara sejuk mengalir ke dalam.
Dudi masih menunggu di depan lift karena belum semua rombongan naik ke Tokyo Tower ini. Mereka baru ada di tingkat satu pelataran menara yang dicat merah dan putih ini. Bentuk Tokyo Tower memang mirip dengan Menara Eiffel yang ada di Paris, tapi yang versi Jepang ini lebih tinggi 13 meter. Berat Tokyo Tower juga lebih ringan 3.000 ton dari Menara Eiffel yang mencapai 7.000 ton.
Sepuluh menit di balkon pertama, Dudi mulai memanggili rombongannya untuk masuk lagi ke dalam lift. Tiap orang udah dibeliin dua tiket. Satu tiket untuk ke balkon pertama yang cuma 150 meter dari atas tanah. Harganya 800 ¥. Mereka bakal pake tiket kedua yang harganya 600 ¥ untuk menuju 100 meter ke atasnya lagi. Dari sana, mereka bisa ngeliat pemandangan Tokyo yang padat.
***
Saat itu Akbar dan rombongan terpencar-pencar di distrik Akihabara, surganya elektronik. Tapi setelah menyusuri Jalan Chuo, Akbar dan teman-temannya malah nemuin surga anime. Mereka juga sempat ngelewatin toko Cospa yang ngejual kostum-kostum karakter game dan anime. Seorang cewek berwig blonde dan bergaun anime berdiri di depan Kafe Cure Maid dan menawari orang-orang yang lewat untuk melihat-lihat ke dalam.
Radit seneng banget karena nemuin alat penerjemah meongan kucing buat adiknya. Harganya memang mahal, tapi emang udah rencana pengen beli alat itu jadi tetep dibeli. Keluar dari lingkungan anime, mereka nemuin toko elektronik bebas pajak deket stasiun. Lalu mereka berjalan lagi. Setelah melihat-lihat berbagai perlengkapan rumah dan audio video, Ferari akhirnya membeli MP3 dan Rizki membeli CD/DVD player yang baterainya bisa di-charge.
***
Tepat sekali waktunya tangan Happy menahan kepala Ayano yang tiba-tiba saja pingsan. Beberapa orang mengerumuni dan menyerukan sesuatu tapi gak ada yang Happy ngerti. Dua orang cowok membantu Happy memindahkan tubuh Ayano ke pinggir. Dengan lega dilihatnya Reza dan Riri melintas di depan trotoar toko itu. Dengan lantang dipanggilnya dua orang itu. Tapi Happy lupa manggil Riri dengan nama Suri. Semua orang di sekitarnya sontak berdiri dan memandang berkeliling. Mereka mengira ada pencopet di sekitar mereka. Happy teringat bahwa Suri memang mengganti namanya jadi Riri di Jepang ini karena artinya pencopet.
Dengan gelisah dia mulai berteriak lagi. Rupanya teriakannya kali ini di dengar oleh Riri dan Reza yang sedang bergandengan mesra. Mereka segera menghampiri Happy yang sedang memangku kepala Ayano yang kini matanya terpejam. Dari belakang mereka berjalan cepat Dudi dan tiga dokter anggota rombongan. Wajah Dudi tampak gugup dan sangat cemas. Ayano akhirnya perlahan-lahan membuka kedua matanya setelah dikipas-kipas dan diberi pancingan oleh Rizal.
***
Kali ini Dudi memandu rombongan sendirian. Mereka sekarang mampir di sebuah kuil. Dudi bilang, itu Hutan Meiji. Hutan itu kebanyakan ditumbuhi pohon kusu, pohon kamper. Ada juga pohon kashi atau ek. Konon, hutan yang terletak di tengah kota Tokyo itu terdiri dari 170 ribu pohon besar. Yang besar gak cuma pohonya, gerbang Torii yang ada di depan juga sangat besar. Tapi karena Ayano sakit, mereka gak jadi menjelajah di hutan kuil itu. Akhirnya setelah mereka puas berfoto-foto di depan gerbang Torii yang spektakuler itu, mereka memutuskan untuk melanjutkan perjalanan.
Titik-titik hujan semakin besar dan karet wiper berdecit saat mengayun. Sopir bus tampak lebih menajamkan matanya melihat ke jalan. Sementara itu, orang-orang dalam bus sedang sibuk memandang sebuah bangunan kokoh yang dibentengi batu-batu besar. Ternyata bangunan itu adalah istana. Konon, negara Jepang didirikan oleh Kaisar Jinmu pada abad ke-7 SM. Dan bisa dibilang, kaisar-kaisar yang ada di Jepang sampai sekarang tidak pernah terputus dan masih sedarah dengan Jinmu. Dengan begitu, kekaisaran Jepang merupakan kekaisaran tertua yang masih ada. Dari dulu, pemerintahan Jepang ada di tangan Shogun, pihak militer, dan sekarang perdana menteri. Pusat pemerintahan Jepang juga beberapa kali pindah. Selain Tokyo, Nara, Nagaoka, dan Kyoto juga pernah jadi pusat pemerintahan. Pada tahun 1600, Tokugawa Ieyasu memindahkan ibukota ke Edo, yang akhirnya berganti nama Tokyo.
Saat ini kaisar Jepang adalah Akihito yang merupakan kaisar ke-125. Dia menjabat sebagai kaisar sejak tahun 1989. Akihito adalah anak kelima Kaisar Showa a.k.a Hirohito dengan Maharani Nagako ‘Kojun’, tapi karena Akihito adalah anak pertama mereka, maka dialah yang jadi kaisar. Akihito menerobos tradisi dengan menikahi Michiko Shoda yang bukan berasal dari keturunan bangsawan. Dari pernikahannya itu, mereka dikaruniai tiga anak, Pangeran Naruhito yang jadi putra mahkota, Pangeran Akishino, dan putri Sayako Nori.
Perjalanan pulang ke hotel terasa lama sekali. Saat sampai hotel semua orang terlihat lega. Mereka mempunyai waktu 20 menit untuk istirahat dan setelah itu akan menuju ke restoran yang tak jauh letaknya dari hotel untuk makan malam.
***
Ibam Hilang

Hari sudah mulai malam. Ibam heran, dari tadi dia belum menemukan satupun orang yang dia kenal. Rasanya kakinya udah pegel. Laptop yang baru dibelinya mulai terasa berat. Hujan belum reda juga. Perutnya mulai terasa lapar. Uangnya masih lebih lebih dari cukup untuk mencari tempat makan murah. Dia gembira melihat ada toko bertuliskan AM/PM Automatic Super Delice. Pasti ada sesuatu yang bisa dimakan disitu. Begitu sampai di dalam, dilihatnya toko itu penuh dengan mesin. Toko itu juga tidak memiliki pintu lain selain pintu masuk. Dilihatnya dua remaja masuk ke dalam toko. Mereka memasukkan uang ke dalam mesin yang ada di toko itu kemudian memijat benda yang mau mereka beli. Setelah mendapatkan apa yang mereka mau, mereka pergi. Ibam mulai paham, toko itu memang hanya berisi mesin-mesin penjual. Disusurinya mesin-mesin itu. Sepertinya tidak ada yang bisa dibelinya untuk mengenyangkan perut.
Ibam kembali menyusuri trotoar hingga dia menemukan sebuah swalayan kecil. Dia masuk ke situ dan disambut ramah oleh penjaganya. Ibam melihat-lihat isi toko itu hingga akhirnya dia menemukan yang dia mau. Dia membeli nasi yang harganya 300 ¥ dan bentonya yang hanya 700 ¥. Lengkap sudah, tapi sekarang mau makan di mana? Ibam menyusuri lagi trotoar itu dan berhenti di depan toko yang tutup. Dia duduk di situ dan membuka bekalnya.
Seorang cowok menghampiri Ibam sambil mengibaskan tangannya seperti mengusir. Ibam sempet ngerasa khawatir karena dia gak bawa paspor maupun alamat hotel tempatnya tinggal. Ibam menggerutu. Jam tangannya sepertinya mati.
***
Sekeluarnya dari lift, terlihat pemandangan yang sangat unik. Rumah makan yang semua meja dan bangkunya terbuat dari bambu, seperti memandang suasana Indonesia di Jepang. Tapi tadi Dudi sudah menerangkan bahwa mereka akan makan di restoran masakan Indonesia, nama restorannya Jembatan Merah.
Reza memesan nasi goreng sate. Rasanya tidak spicy seperti yang ada di Indonesia, tapi sudah cukup jadi obat kangen buat lidah mereka. Reza menghabiskan makanannya dengan cepat. Dia berniat mau mandi duluan sebelum Ibam yang kalo mandi lama banget kayak bertapa. Dia melihat berkeliling. Sepertinya dari tadi dia tidak melihat Ibam.
Dudi yang keliatannya lagi capek banget menoleh setelah dipanggil sama Reza. Dia ngejelasin ke tour guidenya itu kalo Ibam kayaknya gak ada di sini. Seingetnya, dia udah gak ada sejak di kuil yang ada lampion gedenya itu. Tapi Reza baru ngeh sekarang.
Dudi melihat sekeliling. Lalu dia berdiri menghampiri menejer restoran dan menelpon hotel minta di cek kamarnya Ibam. Ternyata jawaban dari hotel negatif. Dudi terlihat sebal. Dia ngerasa bahunya tertimpa beban berat. Hari ini hancur semua rencananya. Ayano pingsan, satu peserta hilang.
***
Diana membuka kamus Indonesia-Jepang yang dia bawa, tapi dia tidak menemukan kata yang dicari. Dilihatnya seorang ibu berjalan di depannya. Dia nyoba tanya pake bahasa Inggris. Sebelum omongannya selesai, ibu itu mengipas-ngipaskan tangannya sambil dengan malu-malu ngomong pake bahasa Jepang.
Indri dan teman-temannya akhirnya menoleh setelah Diana memanggilnya setengah teriak karena jengkel. Lalu mereka memutuskan untuk pergi ke Harajuku bareng. Tapi sekarang masalahnya, mereka bingung, tiketnya yang mana. Sezsy menghampiri dua anak berseragam sekolah, dia nyoba tanya ke anak-anak itu pake bahasa Inggris. Lalu, anak itu mengajak Sezsy ke salah satu mesin penjual tiket yang berjejer di dinding luar stasiun, anak itu menunjuk satu bagian dan bilang kalo harga tiketnya cuma 100 ¥. Dimasukkannya uang itu ke lobang pipih panjang. Anak itu lalu memencet tombol-tombol dan keluarlah satu per satu tiket yang diinginkan.
***
Abu kesal sekali karena tadi Bella memaksanya untuk berduaan saja. Tadi dia beli dua tiket entah kemana dengan harga masing-masing 300 ¥. Entah kenapa semangatnya berlibur bareng Bella hilang. Dia malah ngerasa gak nyaman berduaan sama Bella di Jepang ini. Tak disangka, di jalan Abu dan Bella bertemu dengan Indri, Sezsy, dan yang lainnya. Akhirnya Abu dan Bella juga ikut pergi ke Harajuku bareng Indri cs.
Pintu kereta mulai membuka. Meski hari sudah cukup malam, ternyata banyak juga orang yang berdesakan di dalam gerbong yang sudah penuh itu. Kurang dari lima menit, kereta yang mereka tumpangi berhenti di stasiun selanjutnya. Tapi Bella dengan alesan capek mendesak minta pulang bareng Abu. Abu yang belum mau pulang duluan akhirnya menghampiri salah satu mesin penjual tiket lalu mengeluarkan uang 500 ¥ sambil memijit-mijit tombol mesin. Sepotong tiket keluar beserta uang kembaliannya. Bella sempet menolak pulang sendirian ke hotel. Tapi Abu tetep ngotot pengin ke Harajuku bareng yang lainnya. Setelah diberi sedikit pengarahan jalan pulang, Bella akhirnya menurut saja. Bella memandang tiketnya dengan wajah tertunduk. Abu sudah berjalan meninggalkannya cukup jauh bareng teman-temannya. Hati Bella perih dan air mata mulai menggenang di matanya.
***
Rombongan Tercerai-berai

Radit, Ferari, Sandy, Akbar, Fajar, dan Rizki sedang menuju ke restoran untuk mengisi perut mereka yang ternyata udah mulai ngerasa laper lagi. Saat mereka sampai di Yoyogi Koen yang letaknya gak jauh dari distrik Shibuya, mereka melihat pemandangan yang sangat menarik. Beberapa kelompok anak muda yang sepertinya seumuran sama mereka berpakaian cosplay. Ada yang berpakaian seperti di keluarga Elrick dari Full Metal Alchemist, Harry Potter, Inuyasha, Willy Wonka di Charlie and the Chocolate Factory. Semuanya lengkap dengan wig, aksesoris, dan make up.
Puas memperhatikan orang-orang ber-cosplay ria, mereka kembali melanjutkan perjalanan. Restoran yang mereka cari berada di sudut jalan. Setelah masuk ke restoran itu, mereka heran karena ukurannya memang sangat kecil. Dua meja saja sudah memenuhi restoran yang ukurannya sekitar 16 meter persegi itu. Fajar memilih membeli kentang saja kemudian duduk di kursi yang menghadap meja dinding. Sementara Radit dan Ferari yang dari tadi memang lapar akhirnya duduk di meja kotak dan yang lain hanya berdiri dan duduk-duduk saja di dekat mereka.
***
Begitu Abu dan Happy keluar dari stasiun Harajuku, mereka masuk ke sebuah jalan kecil yang kiri kanannya penuh dengan toko. Mereka sempat mampir di salah satu toko yang menggantung jaket-jaket lucu di depan tokonya. Happy menemukan sebuah jaket tipis yang lucu, tapi keningnya berkerut membayangkan angka 4.500 ¥ dalam bentuk rupiah setelah dia membaca label harganya. Akhirnya mereka keluar dari toko itu tanpa membeli apapun.
Ujung jalan penuh sesak orang. Lewat beberapa toko dari pojokan ada satu toko yang mempunyai jendela keca yang besar dan terpasang beberapa kertas bertuliskan 1.000 ¥. Happy masuk ke dalam dan merasa ada di surga. Barang-barang di dalam situ bagus-bagus dan semuanya 1.000 ¥!
***
Kepala Ibam pusing. Tadi dia terlambat 5 menit ke stasiun dan membuatnya tidak bisa naik kereta terakhir ke Shibuya. Ibam sempat mencegat taksi, tapi supirnya bilang argonya bisa sampai 8.000 ¥, mahal sekali. Dia jalan lagi tak tentu arah. Matanya sempat menangkap tulisan latin yang bunyinya Capsule Inn Akihabara. Pikirnya, daripada nyasar, mending nginep aja di hotel kapsul. Tapi kira-kira harganya berapa ya? Kalo gak jauh beda sama ongkos taksi, mending pulang aja pake taksi.
Akhirnya iseng-iseng Ibam masuk ke dalam dengan disambut senyuman ramah dua orang penjaga yang ada. Ternyata tarif nginep per malamnya 4.000 ¥. Ruang hotel ini cuma muat satu orang. Bentuknya mirip cockpit pesawat kecil. Dibuat dari plastik transparan, ada TV, radio, jam, dan lampu. Uang yang ada di dompet Ibam tinggal sisa 16.000 ¥, rasanya cukup buat nginep di hotel yang cuma ada di Jepang ini.
Teguran petugas front office membuyarkan lamunannya. Ternyata petugas itu meminta kartu identitasnya. Karena Ibam lupa gak bawa paspor, nekat dia nyerahin KTP. Si petugas tampak bingung lalu meminta paspor Ibam. Dengan takut-takut Ibam bilang kalo dia gak bawa paspor. Tapi sayangnya mereka tidak bisa menerima tamu kalau tidak ada paspornya. Akhirnya si petugas hotel itu mau membantu Ibam mengantarkannya ke hotel tempat dia menginap setelah dengan agak-agak lupa Ibam memberitahu nama hotelnya.
***
Petugas front office ngasih tau keberadaan Ibam kepada Dudi. Mereka juga udah ngirimin mobil buat jemput Ibam. Tapi Dudi belum tenang karena selain Ibam, masih ada rombongan lain yang belum sampe ke hotel. Tadi Sandy dan teman-temannya balik setelah gagal ke Harajuku. Dudi pengin mereka semua cepet balik ke hotel karena rencananya besok pagi-pagi banget mereka bakal pergi ke Disneyland biar gak terlalu ngantre.
Suara Riri yang cempreng membangunkan Dudi dari setengah tidurnya. Dia nanyain apa Ibam udah ketemu apa belum. Dengan setengah ngantuk Dudi njawab kalo Ibam udah ketemu. Dia lagi dijemput sama petugas hotel. Dia juga balik tanya apa Riri dan temen-temennya udah lengkap berdelapan.
Semuanya saling pandang. Ternyata sosok Diana tidak kelihatan di antara mereka. Reza dan Abu berlari ke depan hotel. Tapi sayang, tanda-tanda Diana masih belum terlihat. Pada saat yang sama, sebuah van kecil muncul dan dari dalamnya keluarlah Ibam dengan wajah yang tampak kecapekan dan menunjukkan muka yang kesal sekaligus malu. Dudi lega melihatnya kembali dengan selamat, tapi sekarang yang jadi pikirannya adalah Diana yang justru gantian menghilang.
***
Diana Diuber Cowok Jepang

Rasa sepi menyergap perasaan Bella. Cowok yang udah tiga bulan ini mengisi hatinya, bahkan memberi kejutan dengan ikut pergi tur ke Jepang justru berubah sikapnya setelah sampai di Jepang. Bukannya Bella dan Abu semakin dekat dengan tur bareng ini, yang ada malah Abu semakin menjaga jarak dan sikap manisnya hilang entah kemana. Apalagi kalo Bella ingat, di luar sana Abu sedang berakrab-akrab dengan orang lain, Bella merasa kesepian. Hatinya terasa sakit.
***
Rizal dan Idfi sudah mengetuk pintu kamar Adit berkali-kali, namun yang dicari ternyata belum keluar juga dari tadi. Mereka memang sudah janjian mau nongkrong di kafe hotel. Idfi masih semangat mengetuk pintu. Saat tangannya siap mengetuk pintu lagi, pintunya terbuka dan terlihatlah si Adit yang hanya memakai handuk.
Saat mereka masuk ke kamar Adit, terdengar suara dengkuran halus yang beradu dengan percikan air di kamar mandi. Idfi memandang tubuh yang sedang terbaring tidur dengan nyenyaknya. Itu si Rifky, teman sekamar Adit yang tadi sempet sakit perut tadi. Untungnya dia sekamar dengan dokter, jadi langsung dikasih obat.
Adit keluar lagi dari kamar mandi. Dia memakai celana pendek selutut dan t-shirt. Sebelum berangkat ke café hotel, Rizal izin pinjem sajadah Adit dulu buat shalat Isya, takut gak keburu kalo nanti pulangnya kemaleman.
***
Ayano membuka kaleng jus peachnya, kemudian diteguknya sedikit dan beralih ke mangkuk mienya. Riri memandang mie yang sedang dimakan Ayano, tapi dia menolak ketika Ayano menawarinya. Riri tidak suka dengan rasa nori (rumput laut). Ketika akan menyuapkan sesumpit mie ke dalam mulutnya, suara bel pintu terdengar. Tiga wajah dokter-dokter muda muncul dari balik pintu saat Riri membuka pintu.
Rizal memandang Ayano dengan tatapan lembut dan menanyakan keadaannya sekarang. Idfi hanya nyengir ngeliat mie berporsi besar di depan Ayano. Tampaknya selera makan Ayano sudah muncul kembali karena dari tadi siang perutnya belum diisi makanan apapun.
***
Diana tidak sadar terpisah dari teman-temannya karena terlalu asyik melihat sana-sini. Tampaknya sekarang dia nyasar! Dia dari tadi juga belum menemukan jalan yang bener ke Shibuya City Hotel. Diana tetap bersikap tenang, toh jalanan masih rame, banyak orang lalu lalang dan banyak pula pedagang kaki lima. Sebenarnya Diana tinggal menyusuri jalan besar, tapi dia justru lebih memilih menyusuri jalan-jalan kecil di daerah Shibuya itu. Kalau di jalanan tadi masih terlihat ramai, justru di lorong itu sepi. Dia mulai merasa gak nyaman. Dirapikannya sedikit kerudungnya.
Dilihatnya cahaya lampu yang ternyata berasal dari sebuah rumah makan kecil yang bangunannya terbuat dari kayu. Awalnya Diana bermaksud melewati warung yang terlihat sepi itu. Tapi dia mulai merasa gak nyaman ketika dia diikuti oleh dua orang cowok yang buat Diana tampang mereka jelek dan menakutkan. Akhirnya dia kembali ke warung itu untuk menghindari dua cowok itu tadi.
Cowok yang lebih muda menyapa Diana sambil merapikan celemeknya. Diana memberanikan diri menanyakan apakah kedua koki di depannya ini ada yang bisa berbahasa Inggris. Koki yang lebih tua pun angkat bicara dengan logat British English-nya. Diana senang bertemu dengan orang yang bisa dia ajak ngomong. Akhirnya Diana memesan satu porsi kamameshi, jadi isinya hanya seafood. Dalam waktu yang tak lama, sebuah mangkuk logam mengepul tersaji di depannya. Isinya udang, cumi, potongan daging beberapa ikan, dan sayuran. Rasanya cukup enak.
Diana dan kedua koki itu akhirnya berkenalan. Koki yang lebih tua namanya Yui Satoshi, sedangkan adiknya Koji. Yui pernah sekolah di Cambridge selama 7 tahun, sehingga kini Diana tau dari mana cowok itu mendapatkan logat British English-nya. Saat Diana mulai memakan kamameshinya lagi, dia melihat dua orang yang mengikutinya tadi masuk ke dalam warung. Mereka memesan makanan dan duduk di dekat tempat duduk Diana. Mereka sebenarnya ingin mengajak Diana bicara, tapi mereka sadar mentok bicara dengan Diana. Akhirnya mereka hanya ngobrol sebentar dengan Yui. Enggak lama, kedua orang itu menenggak sake terakhir dan keluar dari warung.
Yui njelasin, kalo dua orang itu tadi sebenernya bukan orang jahat, mereka cuma penasaran dengan gaya berpakaiannya Diana yang pake kerudung. Mendengar itu, Diana ngerasa malu telah salah paham. Tadi Diana juga ngomong kalo sebenernya dia nyasar. Karena warung sebentar lagi tutup, jadi Yui bersedia mengantarkannya ke hotel.
Saat mematikan lampu dan mengunci warung, Diana menggigil. Yui memandangnya dan membuka jaketnya kemudian menyampirkannya ke tubuh Diana. Saat itu Diana merasa ada getaran halus dalam hatinya.
Sebelum mengantarkan Diana ke hotelnya, mereka mampir dulu ke rumah Yui. Secangkir teh panas disajikan di depan Diana. Ibu Satoshi tampaknya berusaha mengajak Diana bicara, begitu juga sebaliknya. Namun setelah ngerasa gak nyambung, mereka berhenti mencoba. Yui muncul lagi setelah ganti baju. Lalu mereka berdua pamit.
Mobil mereka berhenti di tempat pengisian bensin. Setelah Yui membayarnya, dia masuk kembali ke dalam mobilnya dengan riang. Yui bermaksud mengajak Diana berkeliling Tokyo sebentar. Entah kenapa Diana pun merasa ingin lebih lama ada di dekat Yui. Diana mengangguk.
***
Sepotong Surat dari Yui

Kancing celana Abu lepas. Saat berusaha memperbaikinya, suara bel pintu terdengar, itu Happy. Happy ternyata tau kalo Abu lagi kerepotan dengan kancing celananya yang lepas. Happy langsung mengambil dan mengerjakan kancing itu dengan trampil. Celana yang sudah rapi itu berpindah tangan dan Abu segera memakainya di kamar mandi. Tak lama Abu dan Happy pun menyusul yang lain untuk makan pagi. Abu mengambil tempat di sebelah Reza, Dudi, dan Ayano.
***
Dudi dan Rian yang kali ini duduk bersebelahan di dalam bus tampak asyik ngobrolin tempat wisata yang akan mereka kunjungi kali ini, Disneyland. Ternyata harga tiketnya cukup mahal, untuk orang dewasa 5.500 ¥, remaja 4.800 ¥, dan anak-anak 3.700 ¥. Tadi Dudi juga sempet bilang, kalo ada juga tiket yang harganya lebih murah, cuma 2.900 ¥, tapi dijualnya jam 5 dan hanya bisa masuk setelah jam 6 sore.
Setelah menghentikan obrolannya dengan Rian, Dudi baru inget kalo tadi dia dititipin barang buat Diana. Dudi menghampiri Diana yang duduk agak di belakang. Ternyata sebuah bungkusan mungil yang dibungkus kertas yang berpola Jepang banget. Diana langsung terpaku. ‘Ini pasti dari Yui!’ batinnya. Setelah dibuka, di dalamnya ada kotak yang berisikan mutiara berwarna abu-abu yang sangat cantik sekali. Di dalamnya juga ada surat yang isinya semakin membuat Diana tersipu malu. Selain itu, Yui juga meminta Diana untuk datang lagi ke rumah makannya bersama 4 orang teman Diana. Lamunan Diana yang sedang memikirkan siapa saja yang mau diajaknya besok tiba-tiba buyar oleh teriakan Sezsy. Ternyata sekarang mereka sudah sampai di Disneyland yang letaknya ada di Urayashu, Chiba. Disneyland ini merupakan Disneyland pertama yang dibuka di luar Amerika.
***
Happy berbelok ke kiri meskipun pintu gerbang ada di depannya. Dia mau ke toilet dulu dan diikuti oleh Sezsy dan Suri. Sementara itu, Reza, Diana , dan Indri lebih memilih menunggu di luar. Ternyata Happy lama banget di dalam toilet. Sezsy dan Riri nungguin dia sambil nyisir rambut dan benerin make-up. Di sana Sezsy malah nemuin mesin penjual pembalut. Kebetulan dia lagi dapet, jadi dimasukkannya tiga koin perak ke lubang mesin dan keluarlah benda tipis yang dibungkus dengan plastik berwarna-warni lucu itu.
***
Saat ini mereka sedang ada di Space Mountain dan menaiki jet coaster yang ada dalam ruangan. Jet coaster yang meluncur kencang, dan katanya sih lebih cepat dari cahaya membuat Space Mountain lebih serem dari jet coaster lain yang pernah dinaiki Abu. Tadi dia juga sempet denger jeritan kencengnya Bella yang duduk dibelakangnya disamping Rizal. Tadi dengan sengaja Abu langsung duduk di samping Idfi dan mengecewakan banyak orang, Bella yang mengharapkan duduk dengannya, Rizal yang tadinya niat duduk di sebelah Idfi, dan Bella juga membuat Adit terpaksa duduk di samping ibu yang memeluk tangannya dengan sangat erat. Bahkan ibu itu gak mau nglepasin tangan Adit ketika jet coaster berhenti.
Di luar gedung Rocky Mountain, mereka mencari rumah hantu. Haunted Mansion itu dari luar saja sudah terlihat menyeramkan. Di halaman mansion bertebaran makam-makam yang menyeramkan, tua, dan rusak. Lalu mereka masuk ke dalam sebuah ruangan kecil. Ruangan itu lalu gelap gulita. Dalam kegelapan itu, mereka mendengar suara bernada seram berbicara dalam bahasa Jepang. Yang lebih menyeramkan lagi ada lukisan yang berubah jadi dewasa, makin tua, makin renta dan akhirnya jadi tengkorak. Lalu suara tawa seram menggema. Perlahan ruangan itu menjadi terang lagi. Pemandu di dalam ruangan itu mempersilakan mereka duduk di kursi-kursi bersandaran tinggi yang digerakkan oleh rel.
Mansion ini disebutkan memiliki 999 hantu, goblin, dan setan yang gak sabar ketemu para pengunjungnya untuk membuat jumlah hantu menjadi 1.000. Hantu-hantu di dalam situ beterbangan simpang siur dalam bentuk hologram. Malah Happy melihat sebuah ruangan yang ditata seperti di ruangan pesta lengkap dengan meja berisi hidangannya. Hantu-hantu di dalamnya sibuk berdansa dengan pasangannya. Tiba-tiba Happy menjerit. Kursi mereka diputar hingga menghadap dinding cermin. Dari dinding itu, mereka melihat ada hantu yang duduk di antara mereka. Rizal yang duduk sendirian terdengan memekik karena rupanya dia sudah gak duduk sendirian lagi.
Puas dengan rumah hantu, Abu mengajak Happy masuk ke Disney Shop. Sezsy, Bella, dan keluarga Rian juga ikut masuk. Toko itu benar-benar tempat yang menyenangkan untuk penggemar karakter Disney. Dari boneka sampai perlengkapan rumah tangga yang ada karakter Disney semuanya dijual di situ. Abu memilih sebuah boneka Donal Bebek ukuran besar untuk sepupunya yang masih kecil. Happy tampaknya juga sedang melihat-lihat boneka Donal Bebek. Dilihatnya harga boneka itu, 3.000 ¥, dikali 80 jadi Rp 240 ribu! Tapi mengingat kapan lagi dia bisa ke sini, akhirnya dibelinya juga sebuah boneka ukuran sedang. Sezsy menghampirinya sambil membawa kantong belanjaan gede dan di kepalanya bertengger bondu yang ada telinga tikus lengkap dengan pita merah. Abu melihat sebuah kalung berliontin merah yang ditengahnya ada gambar Minnie Mouse. Dibelinya satu. Setelah dibungkus kotak kalung, disodorkannya benda itu kepada Happy.
***
Sandy menyemangati temen-temennya yang lagi taruhan. Awalnya cowok-cowok ini melewati sebuah toko cokelat dan gula-gula. Tadinya mereka mau ngelewatin begitu aja toko itu, tapi Radit mampir sebentar buat beli cokelat Morinaga yang khusus dibungkus ala Disney. Di toko itu mereka melihat permen loli yang ukurannya besar sekali. Permen loli itu tidak berbentuk bulat tapi bundar gepeng. Panjang batangnya seperti sebatang pencil. Diameternya sekitar 17 cm. Loli itu dibuat dari batangan silinder yang melingkar-lingkar sehingga menjadi bundar. Warna-warninya pun dibuat menarik.
Ferarilah yang ngusulin untuk berlomba makan loli itu. Mereka lalu membelinya dan balapan untuk menghabiskannya. Yang duluan habis, dapetin duit dari hasil mereka ngumpulin masing-masing 500 ¥. Dalam waktu 20 menit, akhirnya Akbarlah yang memenangkan lomba makan loli itu hingga hasilnya dia sekarang lebih kaya 4.500 ¥.
***
Lita mengambil uang recehan kembalian dari kasir Disney Shop. Setengah ngomel setengah mengkritik, Lita bilang orang Jepang itu uang 1 ¥ aja masih dihargai. Kalo di Indonesia, uang Rp 50 aja udah dianggap gak ada atau diganti dengan permen. Denger istrinya itu berkomentar, Rian cuma diem aja. Matanya terlihat mengawasi anak-anaknya yang sedang berlarian ke luar toko dan masuk ke toko permen yang ada di seberang. Rian keluar dari Disney Shop untuk menyusul anaknya. Dia ngomelin Justin karena udah ngajak kabur adiknya juga. Tapi entah bener atau ngeles, Justin malah berkilah kalo dia justru ngikutin adiknya.
Lita nyusul mereka sambil mengomel. Tadi dia diketawain orang toko karena ngomong sendirian. Lagi ngomong, Rian malah pergi nyusul anak-anak. Rian akhirnya jelasin kalo anak mereka pengen arumanis. Lita memandang arumanis yang berukuran gede itu. Dia gak mau beliin anaknya makanan yang manis dulu, takut nantinya mereka jadi gak mau makan. Tapi Justin tetep aja ngeyel pengen dibeliin arumanis itu. Kesal, Justin melempar tisu yang dari tadi dia genggam. Tiba-tiba dateng seorang ibu yang bawa pengki dan sapu dan langsung menyapu tisu yang Justin lempar tadi. Justin jadi malu sendiri dan akhirnya menghentikan rengekannya.
***
Cangkir-cangkir itu besar dan berwarna-warni. Bentuk dan hiasan-hiasan di cangkir itu ngingetin Bella sama film Alice in Wonderland. Sebuah poci besar ada di tengahnya. Setengah ngerengek, Bella ngajak Abu naik ke atas cangkir itu. Tapi dengan alesan yang lain gak pada mau, Abu nolak ajakan Bella. Dia bilang karena waktu mereka gak lama, jadi mendingan main yang seru-seru dulu, kalo ada waktu sisa baru main yang biasa-biasa. Sebenernya Abu dan yang lainnya juga mau ke Jungle Cruise sama Western River Railroad. Abu juga sempet balik ngajak Bella buat ikutan mereka ke sana. Tapi karena kekerasan kepala Bella, dia tetep naik cangkir itu sendiri. Tapi baru satu menit, Bella udah ngerasa kesepian.
***
Happy berteriak senang saat seekor kuda nil menyembul dari permukaan sungai dan menyemburkan air ke dalam perahu yang dia naiki. Tapi Riri justru berteriak kesal karena saat itu dia sedang membedaki mukanya. Bukan cuma muka dan bajunya yang basah, bedak dan puffnya juga ikut kecipratan air. Dudi yang ngeliatnya malah ngeledekin Riri. Sezsy mengulurkan tisu ke Riri dan langsung diambilnya dua lembar.
Abu negur Happy yang lagi senyum-senyum sendiri ngeliat keadaan sekeliling. Dengan nekatnya Abu bilang ke Happy kalo dia pengen lebih ngerti Happy lebih jauh. Dia ngerasa Bella masa lalu yang memang belum terjadi. Visinya gak sejalan sama Bella. Tapi Happy, cewek yang baru dia kenal justru sangat cocok kepribadiannya. Abu ngerasa Happylah yang akan menjadi masa depannya.
***
Pipi cewek itu merah merona. Wignya yang berwarna pirang ditata cantik. Gaunnya yang biru indah mengembang kayak balon. Sarung tangan putih panjang membalut tangannya yang melambai-lambai anggun dari kendaraan yang membawanya. Melihat tokoh Cinderella itu, Justin jadi semangat sekali. Parade para tokoh Disney memang selalu digelar tiap sore. Tujuh kurcaci berlompatan mengelilingi Putri Salju yang cantik. Sementara itu, Donal Bebek gede malah lagi marah-marah karena bulu ekornya ditarik oleh salah satu keponakannya. Di sisi lain, Mini yang selalu merapikan rok dan pita di telinganya tampak lagi dipeluk sama Miki Tikus. Rombongan marching band mengiringi parade itu dengan meriah.
Justin dan adiknya melambaikan tangan pada setiap tokoh yang lewat. Bahkan dua anak itu menjerit senang saat Gufi si anjing dingo menghampiri dan menyalami mereka. Ayahnya sibuk merekam dengan video cam. Sementara ibunya sibuk memotret sana-sini, berusaha memotret anak-anak dan suaminya dengan background parade ini.
***
Ada yang Tertinggal

Adit nemenin Sezsy yang lagi sarapan sendirian. Mereka ngobrol banyak, sampai tuker-tukeran kartu nama segala. Sezsy langsung menaruh kartu nama yang diberi Adit ke dalam dompetnya. Sementara Adit malah menimang-nimang kartu nama Sezsy. Gak lama setelah itu temen-temen Adit turun dan ngajaknya keluar. Sezsy cuma bengong dan dalam hatinya bertanya-tanya. Hatinya bergetar halus.
***
Ternyata kalo siang tempat makan Yui ramai sekali. Suara piring-piring beradu terdengar sampai ke luar warung itu. Begitu wajah Diana muncul, seorang pria bercelemek menyapanya ramah. Karena udah tau kalo yang dateng tamu istimewa, pria itu langsung mengajak Diana dan rombongannya ke sebuah meja yang sudah direservasi buat mereka. Pelayan restoran itu memberikan daftar menu. Semuanya sejenis kamameshi dengan bermacam variasi. Berbagai minuman dan hidangan pencuci mulut juga ada.
Sosok jangkung Yu menghampiri meja Diana. Tangannya yang putih menyalami Indri, Sezsy, Happy dan Abu. Yui bercerita panjang lebar dengan bahasa Inggris. Abu memuji kesempurnaan bahasa Inggris Yui. Langsung saja Diana jawab kalo Yui pernah sekolah di Inggris beberapa tahun. Setelah itu Yui pamit lagi ke dapur.
Pujian Indri, Sezsy, dan Abu tentang Yui membuat wajah Diana tersipu-sipu. Tapi dia masih nyoba ngeles, tapi tetep ngarep. Matanya melihat Yui yang trampil mengolah makanan. Gak lama kemudian, makanan mereka datang. Tiba-tiba Abu teringat sebuah tulisan yang pernah dia baca tentang tempat makan yang lagi dia kunjungi. Seingetnya, tempat ini merupakan restoran kamameshi paling beken di Tokyo. Tapi tempatnya memang dipertahanin kecil yang justru bikin orang penasaran dan rela ngantre untuk makan di sini.
Yui terlihat berjalan ke arah mereka. Dia membagi-bagikan kartu namanya. Abu dan Sezsy memberikan kartu nama juga ke Yui. Yui memandang Diana penuh harap. Karena Diana lupa gak bawa kartu nama, akhirnya Abu ngasih kartu namanya buat ditulisi bagian belakangnya. Selesai nulis, Diana buka tasnya. Dikeluarkannya sebuah bungkusan dan diberikan ke Yui. Yui menerimanya dengan senang hati dan langsung dibukanya bungkusan itu di depan mereka semua. Ternyata bungkusan itu berisi sebuah gantungan kunci bergambar istana Cinderella dan selembar stiker bergambar suilet Mickey Mouse. Yui tersenyum lebar kemudian mengucapkan terimakasih.
***
Rizal menunjuk matanya ke arah dua cewek Jepang yang berjalan di depan mereka. Yang satu pake sepatu boots dan rok pendek rimpel-rimpel. Rambut pendeknya dikucir dan dipita hitam, kelihatan modern sekali. Yang satu lagi pake celana pendek dengan boots juga dan bolero. Wajahnya semakin terlihat manis karena topi baret yang menempel di kepalanya. Setelah selesai nggosipin penampilan dua cewek Jepang itu tadi, mereka berbelok dan kagum dengan pemandangan di depannya. Hari itu Senin, banyak orang berpakaian kerja lewat. Namun banyaknya orang di jalanan utama itu bikin mereka kagum berat. Mereka diam di ujung trotoar dan dengan sabar menunggu lampu tanda menyeberang jalan.
Begitu lampu menyeberang nyala, ratusan orang berbarengan nyebrang jalan itu. Nyeberang jalan di sini aja udah seru buat mereka. Tadinya mereka cuma niat jalan-jalan aja, sampai Riri tiba-tiba pengen beli beberapa benda yang sempat dilihatnya di toko yang ada di stasiun kereta bawah tanah. Karena jaraknya gak terlalu jauh, akhirnya mereka ke sana. Toko yang dituju ternyata belum buka. Dengan kecewa, Riri memutuskan buat foto-foto aja. Bahkan seorang nenek yang sudah bungkuk dan memakai kimono mau diajak foto bareng. Tadinya mereka mau nunggu sampe toko itu buka, tapi katanya masih lama. Karena Andre ternyata belum ngepak terpaksa mereka balik lagi ke hotel.
***
Iseng, Indri memotret kesibukan orang-orang saat masuk ke kabin pesawat di bandara Narita. Dia nyantai banget karena bawaannya sedikit. Indri tertawa melihat Sezsy yang borong banyak payung tampak kerepotan masukin payungnya ke dalam rak barang di atas tempat duduknya. Bahkan saat menyusuri lorong antarkursi, ujung salah satu payungnya menusuk penumpang yang jalan di belakangnya.
Indri semangat memotret adegan itu dari kursinya. Diana yang duduk di dekat jendela tampak melamun memandang keluar. Dia ngerasa separuh hatinya tertinggal di Jepang. Dia suka sama Yui dan takut gak ketemu lagi. Indri ngasih saran kalo Yui seminggu gak kasih kabar, Diana duluan yang kontak. Diana mengangguk. Dia ngerasa pesawat mulai bergulir take off. Dia menitikkan air mata saat daratan mulai menjauh. Dia teringat Yui. Hatinya seperti tertinggal separuh di Jepang.
***
Sebelas Purnama Kemudian…

Abu meraih teleponnya yang berdering dari atas meja kerjanya. Suara diseberang telepon terdengar lesu. Happy ngajak dia makan di tempat biasa. Abu ngerasa ada sesuatu yang mengganjal. Dia gak sabar ketemu Happy. Saat benar-benar ketemu, Happy berkata pelan kalo dia lagi hamil. Abu mematung, dia segera sadar apa yang baru diucapkan perempuan yang baru dinikahinya dua bulan lalu. Dia memeluk istrinya dengan penuh sayang. Happy sedikit mengeluhkan kehamilannya karena sekarang dia lagi ngejer skripsi. Tapi Abu langsung menenangkannya dengan bilang kalo sekarang banyak yang kuliah dengan perut buncit.
Suara cewek centil terdengar oleh telinga mereka berdua. Dengan kaget Abu dan Happy menoleh ke arah suara itu, Riri, atau sekarang udah boleh dipanggil Suri lagi. Awalnya mereka ngira Riri dateng bareng Reza, cowok yang waktu di Jepang deket banget sama dia. Tapi ternyata enggak, Riri dateng bareng temennya yang lagi parkirin mobil dulu. Riri cerita kalo dua minggu lalu dia ketemu sama Ibam dan Diana di bandara. Ibam dapet beasiswa ke Jepang. Sementara Diana, dia bareng cowok Jepang yang dia kenalin sebagai calon suaminya. Mereka nikah tiga bulan lagi dan mau ngundang yang lain juga katanya.
Abu dan Happy mengangguk-angguk. Suri memandang mereka lekat-lekat lalu nanyain kapan mereka mau nikah. Abu dan Happy jadi gak enak. Mereka jelasin kalo mereka udah nikah dua bulan yang lalu. Mereka gak ngundang-undang dengan alesan nikahnya di luar kota. Lalu mereka diam saat pelayan membawakan makanan. Abu nawarin Suri buat pesen makanan apa aja, Abu yang traktir. Tapi Suri menolaknya. Dia sekarang mau lunch dulu bareng cowoknya. Suri sempet ngegosipin Bella. Karier Bella sekarang udah turun gara-gara masalah iklan. Tapi sekarang dia pacaran sama pengusaha kaya yang udah beristri asal Sulawesi. Nyadar dulu Abu dan Bella sempet deket, Suri meralat omongannya.
Mereka terdiam lagi. Seorang cowok tinggi berkulit gelap menghampiri. Senyumnya menyenangkan. Suri ngenalinnya sebagai cowoknya. Indra menyalami tangan Abu dan Happy. Setelah itu Suri dan Indra berpamitan. Mereka saling melambaikan tangan.


~The End~